Tuesday, September 18, 2012

Sedih...

Ketika browsing berita, secara kebetulan membaca artikel berikut:

"The first arrest occurred on September 3 at about 8am when a 22-year-old Indonesian female was caught while she was about to depart Singapore by bus at the Tuas Checkpoint.
CNB officers searched her luggage and recovered 2.9kg of Ice wrapped in a bag sandwiched in between two wooden panels.
...
If convicted, they may face the death penalty."

Habislah sudah. Singapura menganut paham mandatory death penalty, dimana kalau membawa obat2-an terlarang di atas ambang batas tertentu (sesuai Misuse of Drugs Act), si hakim tinggal ketok palu: death penalty, tanpa tedeng aling2 lagi.

2.9 kg jauh di atas ambang batas 250 g. Misal yang dibawa tidak murni, dan kemudian dijadikan methampetamine murni pun rasa2-nya pasti di atas 250 g. Dalam bentuk serbuk memang bisa berkadar rendah, tapi dalam bentuk "Ice" rasanya kadar meth berkisar antara 50-80%.

Act ini sedang di-review. Tapi hanya mundur sedikit. Dari death penalty menjadi hukuman seumur hidup, dengan dua kondisi yang ketat (dari sini):

"These conditions are: firstly, the trafficker must have only played the role of courier, and must not have been involved in any other activity related to the supply or distribution of drugs; secondly, discretion will only apply if having satisfied the first requirement, either the trafficker has cooperated with the Central Narcotics Bureau in a substantive way, or he has a mental disability which substantially impairs his appreciation of the gravity of the act."

22 tahun usia yang sangat muda. Misal skenario terbaik pun: hukuman seumur hidup, well... menjalani sisa hidup yang begitu panjang di Changi Prison, sesuatu yang gw bahkan gw pun takut membayangkannya. Jika tidak bekerja, 23 jam dikurung di sel, dan hanya 1 jam di luar sel setiap harinya. Tidak ada jendela, dan "keluar sel"-pun masih berada di lapangan indoor.

Mengapa harus membawa 2.9 kg? Mengapa tidak membawa 249 g saja?
Valuasi 2.9 kg senilai $580,000 sudah bisa membeli satu unit rumah HDB di Singapura.
Apakah wanita ini anak milyarder? Ataukah hanya kurir? Apakah dia tahu konsekuensi-nya ketika membawa barang tersebut melewati Singapura?

Sedih karena harus ada satu lagi masa depan yang hilang.
Seandainya bisa diberi kesempatan untuk berbincang2. Apa gerangan cerita di balik semua ini.

Dari sejak gw lahir sampai sekarang rasanya selalu hidup dalam peperangan dengan narkoba. Dan dalam perang memang selalu ada nyawa yang melayang. Terkadang memang yang berdosa, namun terkadang ada juga yang tidak berdosa yang menjadi korban.

Satu hari gw membaca surat2 yang ditulis salah satu terdakwa lain hukuman mati karena membawa narkoba: Yong Vui Kong (link). Dan gw menangis di meja kerja gw.
Gw selalu menganggap my life sucks. Tapi orang ini, yang hidup di dalam sel dan menunggu hukuman mati, bisa mengingatkan kembali betapa beruntungnya masih bisa hidup bebas. Untuk itu gw sangat berterima kasih, berhutang malah, dan believe it or not, I will bring him into my prayers.

Kalau boleh berdoa, rasanya ingin berdoa untuk dunia yang lebih baik hati, pemaaf. Somehow kita bisa menemukan cara untuk menciptakan keadilan yang membangun instead of menghancurkan.
Entahlah... suatu hal yang sangat utopis.

Monday, September 17, 2012

The City of Angels

Bangkok for one night! Terlalu singkat? Well, gw (awalnya) rada takut (soalnya pergi sendirian) dan toh hari Minggu ada latihan ojek perahu.

Tapi ooh kota ini benar2 membuat gw jatuh hati. Betul kata teman gw, siapapun yang pergi ke Bangkok pasti akan jatuh hati dan tidak cukup hanya satu malam.

Hari sedang hujan ketika malam gw tiba. Dan begitu keluar dari stasiun MRT masih harus berjalan menuju hotel. Secara gw tidak pernah bawa payung, ya sudah bablas saja. Gw sih tidak terlalu peduli basah2-an selama hujan masih hujan air (kalau hujan kodok, es, batu, duit, lain ceritanya).
Ketika menunggu lampu hijau di penyeberangan jalan, tiba2 seorang ibu2 mendekat ke arah gw. Otomatis gw terperanjat, karena sudah masuk ke area aman pribadi, apalagi kondisi mental sudah siap siaga copet, jambret. palak, dll seperti di Jakarta.
Alangkah kagetnya gw ketika dia menunjuk ke payung yang dia pegang. Oooh dia melihat gw kehujanan dan ingin berbagi payung.
Gw lihat lebih dekat lagi, ibu2 ini memakai caping ala penyapu jalan. Dia tersenyum dan gw pun membalas tersenyum. It is really the land of smiles.

Sepanjang jalan banyak orang berjualan obat penambah performa seks seperti permen, ada juga yang memasang tanda menjual obat tidur (valium dan xanax), dildo, masturbator, etc. Memang tidak usah malu di Bangkok.

Yang membuat gw bertanya2 adalah kenapa kota dengan prevalensi HIV yang tinggi (hingga 20% lebih di kalangan men having sex with men, 15%-30% di kalangan pekerja seks, dan 40%+ di kalangan drug users),  kota yang 5-6 tahun lalu mengakui bahwa pemakaian narkoba begitu menjamur, identik dengan sex tourism, menjual minuman keras di tempat terbuka, namun bisa demikian maju jika dibandingkan dengan Jakarta?

Jujur Bangkok terlihat setingkat lebih bersih jika dibandingkan dengan Jakarta. Entah kemana semua sampah2-nya. Penjual makanan dan barang memang terlihat di trotoar, namun trotoar masih nyaman untuk dilewati. Dan jembatan penyeberangan jalan pun bersih dari penjual dan sampah.

Airport baru Suvarnabhumi, wow...rasanya sudah setingkat dengan Changi dan Shanghai, Besar, dan mengkilat. Tidak seperti Soekarno-Hatta yang acakadut.

Transportasi pun sudah tersedia MRT dan Skytrain. Busnya pun lumayan. Tidak usah pakai kernet seperti Jakarta.

Jadi apakah gw akan kembali ke Bangkok? Wow...tentu saja! Mungkin next time gw akan melihat sex show, cewe bermain ping pong dengan vagina, dan pergi ke fetish club. At the end what happens in Bangkok, stays in Bangkok.

Wednesday, September 05, 2012

Kenapa cewe semacam ini diciptakan

Kemarin pergi body pump seperti biasa. Dan seperti biasa juga agak rame hemm.

Ok, gw ketemu tempat kosong, dan gw sudah taroh step board gw. Jarak dengan yang lainnya cukup nyaman. Kemudian gw pergi lagi untuk mengambil beban.

Begitu balik.... omg... step board gw udah digeser sedikit sama satu cewe dan dia maksa nyelip di antara ruang kosong. Mana bisa ber-body pump dengan ruang segitu sempit...oalaaah. Maksa bener, ga dapet tempat ya sudah, latihan mandiri di luar sana. Gw juga begitu koq.

Ok, gw bertoleransi sedikit, dan gw geser step board gw ke samping, jadi posisi-nya zig zag. So dia bisa dapet tempat yang lebih banyak. Baik hati kan gw, coba orang biasa, mana mau geser buat orang lain.

Pas body pump mulai dia cuma bawa maksimal 2x1kg di masing2 sisi untuk track paha. Alamak. Bolos lagi pas track lunges. Ill feel gw udah liat-nya.

Daaan paling parah. Ketika semua sudah selesai, dia ninggalin poop-nya. Dia cuma balikin sepasang beban 1kg, jadi sepasang lagi dibiarin bergeletak di sana. Ga mungkin lah dia salah ngira itu punya gw, wong gw sama sekali ga pakai beban 1kg.

Astaga naga... akhirnya gw ber-rela hati mengembalikan beban tersebut ke tempatnya dengan hati penuh kutukan. Kalau ada keadilan di dunia ini, gw berdoa dan berharap setidaknya dia mules2 dan sakit perut.