Saturday, February 27, 2010

Menjadi Bangsa yang Beranjing

Congrats untuk film Hachiko: A Dog's Story. Walaupun tidak box office, walaupun adaptasi ulang, walaupun udah tau ceritanya, tetep aja pas nonton air mata tidak berhenti beleleran.
Heran..untuk film binatang rasanya hati ini lemah sekali.

Congrats juga buat setidaknya..at least...paling sedikit...ketika orang keluar gedung bioskop, mulai ada orang yang mulai bertanya kenapa anjing Akita dilarang di Singapura.

Beruntunglah orang Jepang punya anjing nasional seperti Hachi. Mau ceritanya dibajak ke manapun, mau yang maen orang apapun, tapi begitu melihat Hachi, kalo yang maen tetep anjing Akita, mau tidak mau semua orang akan tahu: "Ooh ini anjing Jepang".

Well, Hachi adalah breed Akita. Hanya sekilas melihat anjing ini sudah terasa nuansa Nippon-nya. Yang pertama matanya yg sipit, bulunya yg fluffy, pintar dan loyal. Mengingatkan dengan tentara Jepang yang demikian loyalnya sehingga mau terbang masuk cerobong asap kapal di Pearl Harbour. Breed2 Jepang lainnya (ex: Shiba inu) juga bermata sipit.

Sadar tidak sadar karakteristik anjing sangat mirip dengan karakteristik negara asal. Mungkin karena memang best buddy-an dengan manusia lokal, mengerjakan pekerjaan lokal, dan punya fisik yang beradaptasi dengan lingkungan lokal.
Contoh saja, AGJ (anjing gembala Jerman), yang paling sering dipakai di kepolisian. Terkenal dengan gabungan kepintaran dan kemampuan bekerja kerasnya (bukan anjing terpintar, bukan pula anjing terkuat, tapi diakui no, 1 di kombinasi keduanya). Tidak cakep2 amat..tapi karismanya..wuih! Bagi gw sih, entah bagaimana mengungkapkan dengan kata2: "Anjing ini Jerman banget!"

Sedih untuk mengakui, tapi Indonesia bukan negara anjing. Mungkin karena budaya yang menganggap anjing sebagai sesuatu yang hina, pengganggu, bahkan bahan makanan.
"Anjing" dipakai sebagai kata umpatan...bukan pujian, yang anehnya kadang kelakuan anjing berpuluh2 kali lipat lebih baik dari manusia-nya.
Sering anjing diracun, ditembak =(
Padahal kata Mahatma Gandhi:
“The greatness of a nation and its moral progress can be judged by the way its animals are treated”.

A glitter of hope: anjing Kintamani. Terima kasih kepada warga Bali yang baik kepada anjing, sedikitnya orang Indonesia bisa berbangga.
If one day, anjing ini diakui Federation Cynologique Internationale, orang pasti akan "Ini anjing cantik berasal dari mana sih??".

Dan mudah2-an: "Liat deh anjingnya pemberani, cerdas, dan setia, mirip dengan orang Indonesia kan?!"

Semoga Indonesia nantinya boleh punya anjing nasional!