Saturday, February 25, 2012

Changi Airport (T3)

Suatu ketika di SHIA, habis check in di konter Singa Udara, gw mendengar anak kecil mengeluh kepada ibunya di antrian sebelah. Intinya dia mau cepat2 sampai di Changi Airport. Pas gw liat passport mereka...ooh pantesan...passport merah soalnya.

Changi Airport, lebih tua 4 tahun dari SHIA, bermula dari ambisi untuk menjadi aviation hub di South East Asia. Ambisi yang benar2 terjadi dan well deserved. Sri Mulyani pun pergi ke Washington D.C. melalui airport ini.
Sekarang Changi bersaing dengan Hongkong Intl Airport dan Incheon Airport untuk menjadi world's best airport. Yup 3 besar semuanya di Asia.
Sekedar catatan rasa2-nya KLIA masuk sepuluh besar (mari jangan tanyakan peringkat berapakah SHIA).

Sekarang Changi Airport menyumbang setidaknya 9% dari GDP Singapura. Walaupun GDP Singapura hanya 1/3 dari GDP Indonesia, tapi patut dicatat bahwa pendapatan per-kapita Singapura adalah yang tertinggi di South East Asia. Dan pemerintah Singapura sepertinya serius menangani Changi Airport. Dari bertahun-tahun lalu tidak henti2-nya selalu ada proyek di Changi Airport.

Terminal terbaru: Terminal 3 selesai tahun 2008. Salah satu alasan utama pembangunan adalah untuk menangani Airbus A380, pesawat penumpang terbesar saat ini.

Dan terminal ini adalah marvel of engineering itself. Untuk deskripsi lebih lanjut gw serahkan ke video berikut:


Bagaimana dilihat dari dalam? Pas ke SUZ kemaren untung2nya sempat masuk ke Terminal 3. Jarang2 sih pakai full fare airlines >.< (bangkrut boo). Dan kalaupun pakai Singapore Airlines, untuk penerbangan South East Asia dilempar ke Silk Air, dan itu pakai Terminal 2.



Ada kolam koi...


Dan dengan ambisi untuk menjadi garden city, di dalam airport pun ditaroh butterfly garden...


Dan ada tanaman favorit gw: kantong semar! Walaupun ini banyak di pameran kebon di Indo, tapi jarang2 ada yang bawa masuk airport!


Jadi kesimpulannya negara satu pulau ini menang predikat pelabuhan tersibuk di dunia dan salah satu tiga besar airport terbaik di dunia.

Pendapat gw pribadi sih sebenarnya apa sih yang salah dari SHIA? Yang salah adalah pemerintah kita tidak bisa memprediksi perkembangan lalu lintas udara yang bakal terjadi. Sadarnya sudah ketika airport menjadi over-congested seperti sekarang, dan baru datang dengan "grand plan". Ya jelas sudah sangat2 terlambat. Lalu lintas sudah macet ke mana2, taksi seperti lalat ijo, terminal overcrowded, toilet ada kecoa... tapi ya begitulah.
Sekedar info lagi: Changi Airport tax sekitar SGD 28 (1 SGD kira2 7000 Rp), dan Soekarno-Hatta airport tax untuk International Flight = Rp. 150.000,00. Beda kira2 50rb dengan totally different experience.

Wednesday, February 22, 2012

Ke Negeri Cina

Kemarin2 disuruh kerja ke Cina, alkisah klien punya pabrik di Suzhou, jadi harus berkunjunglah ke sana. Bukan pertama kali ke Cina, tapi pertama kali SENDIRIAN ke Cina.

Tanah air tuh? Kentuuut.. secara Indonesia masih tanah air beta pusaka abadi nan jaya dan seterusnya...

Ya kalau anak orang lain (ada teman gereja yang kerja ke Astr* juga pernah tugas ke Cina) pake persiapan les2 segala, yah kalau gw kentut juga lah persiapannya. Namanya nasib campur males...

Pertama: gw ke situ kan atas undangan, ya mereka donk yang mati2-an menyesuaikan dengan gw. Masih bagus gw bisa ngomong Inggris wekekeke...

Kedua: orang Cina itu sekarang pintar2 dan maju2. Kalau mereka sungguh2 belajar...wush.. keren hasilnya. Ada saudara hasil didikan Hongkong. Kalau ngomong Inggris, alamak logat Inggris beneran. Kalau dibandingkan dengan kita2 yang Singlish2 ga jelas...astaga sepertinya kita2 ini ngomongnya sampah beneran.

Ketiga: alamak...masa orang Indo takut? Lambang negara masih burung garuda dan bukan burung perkutut.

Bo-nyok pontang-panting, secara gw ngasih tau hari ini besok berangkat...hahahaha! Pake acara nakut2-in segala: "Eh di Cina sono kalau ga bisa bahasa Cina ga bisa makan loh..."

Padahal gw udah cek di deket hotel ada KFC 24 jam, jadi ga takut la yaw =P.

Seperti biasa selalu sibuk liat2 shopping-an (tapi ga shopping karena ga ada duid) di Changi Airport, dan hanya muncul di ruang tunggu ketika sudah last call.


Ceritanya harus ke Shanghai dulu, dan dari Shanghai naek taksi 2 jam perjalanan baru nyampe Suzhou.

Seperti biasa selalu order duduk dekat jendela. Biar bisa liat2 dan kalau tidur iler-nya ga kena sebelah. Ada pemandangan yang menarik, kenapa awan yang ini muter2 seperti spiral. Badai-kah di bawah sana? Our Earth is really cool!


Bandara Pudong Shanghai sudah mirip Changi dan jangan dibandingkan dengan SHIA (demi harga diri bangsa pakai singkatan).


Kamar hotel...hoe...bagi gw sih berlebihan, mana gw tinggal sendiri lagi. Mungkin terlalu terbiasa tinggal di minimalis. Pake acara meja kerja dan kursi malas segala. Terus bantal-nya itu loh, ada 6 biji di atas tempat tidur, mau buat apa coba...


Daerah gw tinggal namanya Suzhou Industrial Park (SIP), sedikit terpisah dari kota Suzhou-nya sendiri. Tapi yang keren, ga berasa culture shock dengan Singapur! Hal yang terutama tentu kebersihannya. Bersih booooo.... memang Jakarta-dash-Indonesia raja jorok. Ngomongnya kebersihan bagian dari iman, nah ini orang ga beriman bisa lebih bersih dari sampeyan.


KFC-nya buka 24 jam.. tapi... aduhai... Satu hari gw beli, kentang gorengnya keasinan, hari lainnya kentang gorengnya ga pake garam. Mana ga ada sambel AB* lagi! Adanya saos tomat...oooh. Dandanan dan tampang gw boleh lah mirip orang Cina, tapi selera masih Sumatera (gaya ngomong juga Jawa)!


Cina surganya sepeda!

Disediakan tempat penyewaan sepeda buat keliling2 industrial park. Bayarnya sudah sistem kartu tap2 bow...kita punya busway aja masih sistem mba2.

Plus di jalan2 disediakan jalur khusus sepeda + sepeda motor + sepeda elektrik jadi satu. Di sini bawa sepeda motornya adem ayem tenteram. Ga belingsetan kaya di... ah sudahlah...


Dan di suhu hampir 0 derajat ini, sekelompok orang2 tua masih ber..entahlah line dance apa SKJ gw juga kurang jelas. Dan gw masih ketemu satu dua orang yang jogging keliling2.


Ooh ngomong2 soal suhu. Sebetulnya asyik juga bo.

Kan setiap weekend gw selalu ritual makan es krim. Pas gw beli en taroh di kulkas hotel, yah jadi lembek. Ya secara mini fridge di kamar memang peruntukannya untuk minuman dan bukan freezer. Soo...jadilah gw bawa tuh es krim keluar jalan2. Sekeliling-dua keliling blok...jadi keras lagi! Keren banget!

Dan pernah gw beli air botol-an dari supermarket di seberang jalan. Cuma nyebrang jalan sedikit aja, sampe kamar...jadi air dingin. So nice! Kaga usah masukin kulkas segala.

Sungguh gw terpana.

Gw mesti mengakui, dari keteraturan, kerapihan, dan kebersihan, ini sudah ciri2 kota di negara maju. Belum lagi rencana MRT kelar di tahun 2013. Gw pun sempat berpikir actually it is a good place to live...hahahaha...setidaknya ga panas boo....

Tapi ga ada martabak, siomay, sate padang, nasi uduk, ketoprak, ..... aduh piye....Gw aja makan di situ bentrok melulu, mana gw say no to babi lagi.

Thursday, February 02, 2012

Tanyakan Kepada Agama

Alkisah terjadi sebuah peristiwa di negara antah berantah yang beragama. Ada seseorang yang mabuk, mengendarai kereta kuda yang melaju zig-zag kencang dan akhirnya naik ke trotoar.
Duar! 9 nyawa melayang.

Lalu masyarakat negeri itu dengan ramai2 mencaci maki si pengendara. Terlihat di media sosial orang2 berkata bahwa nyawa harus diganti nyawa, hukum mati saja dengan cara X, Y, Z, dll.
Pelaku dan keluarga sudah minta maaf hingga berlinang air mata? Lewat... masyarakat sudah terlanjur marah sehingga permohonan maaf pun dianggap palsu.

Sebagai seseorang yang mengenal Tuhan yang dipuja-puji dalam agama, ada sebuah pertanyaan yang muncul.

Jika kita percaya bahwa segala sesuatu dikolong langit ini terjadi dalam rencana dan kehendak Tuhan, bukankah Tuhan yang harus dicaci maki?

Bukankah Tuhan yang menciptakan materi yang memabukkan? Bukankah Tuhan yang menciptakan manusia dengan syaraf yang bisa mabuk? Bukankah Tuhan yang mengizinkan si pelaku mabuk? Bukankah Tuhan yang mengizinkan para korban tertabrak kereta? Bukankah Tuhan yang menciptakan manusia yang bisa meninggal ketika tertabrak kereta kuda?

Sungguh perbuatan Tuhan jauh lebih hina dari perbuatan si pelaku. Dengan segala kemahakuasaan dia mempermainkan manusia. Terlebih lagi dia membuat hukum yang mengharuskan si pelaku kehilangan nyawa. Sudah nyawa terhilang dari keluarga korban, sekarang dituntut sebuah nyawa terhilang dari keluarga pelaku.

Para penganut agama yang diberkati Tuhan karena tidak menjadi pelaku mendadak merasa paling benar. "Tidak, di keluarga saya tidak ada tuh pemabuk", begitu kata seorang.
"Pelaku harus dihukum mati supaya menjadi contoh", begitu kata seorang yang lain.
Nyawa yang dikatakan berharga mendadak menjadi mainan, sekedar contoh katanya. Yah karena memang nyawa orang lain, bukan nyawanya sendiri.

Lalu bagaimana menjawab ini?

Tiba2 teringat sebuah ucapan "Tuhan" dalam film "Evan Allmighty":


"Let me ask you something. If someone prays for patience, you think God gives them patience? Or does he give them the opportunity to be patient? If he prayed for courage, does God give him courage, or does he give him opportunities to be courageous? If someone prayed for the family to be closer, do you think God zaps them with warm fuzzy feelings, or does he give them opportunities to love each other?"
 
Disinilah letak kegagalan penduduk negeri antah berantah ini. Bahwa bukankah runtutan kejadian ini merupakan kesempatan dari Tuhan untuk menjadi orang yang lebih baik?

Bukankah kejadian ini mengajari bahwa mabuk itu berbahaya? Terlebih ketika mengendarai kereta.
Bukankah kejadian ini mengajari untuk mengikhlaskan dan menerima maaf?
Bukankah kejadian ini mengajarkan betapa sedihnya kehilangan nyawa seseorang yang disayangi. Apakah perlu hal ini terulang kepada pelaku dan keluarganya?


Bukankah kejadian ini seharusnya menyadarkan pelaku dan menjadikannya orang yang lebih baik di masa depan? Dengan inilah dia sebaik2-nya membayar hutang 9 nyawa. Bukan dengan kehilangan nyawa..bless...selesai.

"Mudah kamu berkata seperti itu! Coba kalau yang menjadi korban itu adalah keluargamu! Apakah kamu tidak marah Goblok!". Begitu kata penduduk negeri antah berantah..

Jelas saya sedih dan marah. Jelas saya menuntut nyawa pelaku sebagai gantinya walaupun saya tahu nyawa korban tidak akan kembali lagi sebanyak apapun saya menuntut.

Tapi ini bukanlah perilaku yang layak dari sahabat, teman maupun masyarakat yang saya harapkan.

Sebaik2-nya simpati, empati dan pati2 lainnya, tidaklah seharusnya itu larut dan memperburuk keadaan. Hal yang benar untuk dilakukan tetap harus dilakukan. Dan hal yang buruk seperti kemarahan dan caci maki harus ditinggalkan.
Inilah perilaku teman dan sahabat yang baik.

Orang yang meninggal sudah pergi dan tidak akan kembali lagi. Berapapun bayarannya.
Jika demikian bukankah tugas yang hidup adalah menjalani hidup dengan sebaik2-nya? Dengan belajar dari kematian dan hidup setiap hari dengan sebaik2-nya hingga hari kita mati dan bertemu dengan Tuhan?

Toh nanti kita akan bertemu dengan yang telah mendahului di hadapan Tuhan. Kesedihan tidak akan abadi, selama2-nya adalah sepanjang hidup kita yang sangat pendek ini.

Penduduk yang beragama percaya bahwa Tuhan adalah maha pemberi maaf. Ketika mereka meminta maaf, Tuhan dengan mudahnya memberikan maaf. Tapi ketika orang lain meminta maaf, mereka dengan pelitnya tidak memberikan maaf.
Perilaku macam apa ini?

Kenapa Tuhan memberikan maaf? Bukankah Tuhan ingin kita belajar dari kesalahan dan menjadi lebih baik.
Begitu demikian dengan kejadian ini yang meninggalkan tugas teramat besar, yaitu menjadikan pelaku manusia yang lebih baik.

Lho? Dia yang salah kenapa saya yang repot?

Memang harus begitu jika engkau benar2 mengerti karakter Tuhan. Dan ini adalah amalan terbesar. Bukankah demikian yang Tuhan selalu lakukan dengan hidupmu?

Tapi cerita tinggal cerita.

Kenapa masyarakat negeri antah berantah bertingkah laku seperti yang diceritakan di awal cerita? Penuh amarah dan caci maki?
Satu kata sebagai jawaban yang paling mungkin: "munafik"