Saturday, June 06, 2015

Kembali...

Dalam hidup yang ruwet ini, terkadang saya berhenti dan merenung sejenak. Apakah jalan yang sedang dilalui ini benar.

Apakah benar keluar dari pekerjaan dan pindah perusahaan? Bagaimana kalau ada yang sakit hati?

Ini orang beneran bego, atau malas, atau hanya mentes kesabaran supaya saya yang memang hobi marah2 ini akhirnya resign?

Dan yang sekarang paling trend adalah ketika saya resign dari pekerjaan di negara Paman Lee dan bekerja di Jakarta. Ya ceritanya biasa saja, resign dari pekerjaan lama, foya-foya, duid habis, pergi ke career fair dan mendapatkan pekerjaan baru.
Tapi yang banyak ditanyakan orang adalah: "Apa gajimu tidak ngejomplang?"

Jawabannya entahlah. Tapi diri ini percaya kalau uang itu setara dengan usaha. Kalau tidak setara, ya diri ini susah menerima.

Banyak juga yang bertanya: "Apa sih yang kamu cari di hidup ini?"
Ya jawabannya juga entahlah. Terkadang hidup susah ditebak. Mungkin harta, pria, wanita dan tahta?

Tapi saya pernah mencoba bertanya pada rumput yang bergoyang (kalau Tuhan mungkin masih terlalu jauh ya).

"Apa sih mau-mu yang sebenarnya dalam hidup?"

"Saya mau keren seperti bintang bok*p. Ya yang seperti di pilem-pilem itu (ya...ya ini selalu cita-cita lama, klasik bahasa bekennya)."

"Terus kenapa tidak menjadi?"

"Ya karena sudah terjebak di IT."

"Duz, apakah itu hanya alasan untuk membenarkan kemalasanmu? Bukankah dengan bekerja di IT, kamu seharusnya memiliki sumber daya yang lebih untuk mewujudkan mimpi-mimpimu?"

"Tapi apakah menjadi bintang bok*p itu baik? Bukankah itu dosa dan dijamin langsung masuk neraka?"

"*Sigh... Duz, di dunia ini segala sesuatu bisa berubah. Bukankah kamu yang dulu bilang surga dan neraka adalah hak perogatif Tuhan? Ada orang IT yang baik, namun ada juga orang IT yang bisa menjadi jahat. Demikian juga dengan bintang bok*p. Pilihannya ada pada kamu sendiri.
Perkara surga dan neraka, kamu sudah tahu kan the magic words..."

"Yup, saya mengangguk. The magic words are: have faith boi..."

Dan saya terdiam. Mungkin ada masanya dimana kita harus berhenti menyalahkan keadaan, dan memulai kembali. Toh kita tidak akan memulai kembali dari 0, well mungkin dari luar kelihatannya begitu, tapi hanya diri sendiri yang tahu bahwa kita memulai dengan pemahaman yang berbeda.