"Koq lu ngga nyoba diving sih, kan lu bisa berenang?"
Doh...gimana yah? Mau bilang takut malu, tapi memang takut.
Banyak yang ngga tau, berenang sih berenang, tapi yang namanya air itu ngga pernah baik sama gw.
Dulu waktu masih muda sekali masa Soeharto di Bengkulu, pernah berenang di pantai sendirian. Yup Pantai Panjang lagi bow...yang notorious setiap tahun pasti makan korban....dan sebenarnya sudah diperingatkan sama orang tua, kalau berenang jangan jauh2 ke tengah.
Tapi waktu itu ngga jauh2 amat koq, setinggi dada airnya, cuma yang salah adalah ga liat jam. Secepat kilat ombaknya tiba2 membesar, awalnya sih asyik..asyik seru...dan datanglah yang jumbo size dan saat itu juga sadar kalau gw tidak akan selamat dari yang satu ini.
Dan terjadilah kejadian tergulung ombak. En seperti yang semua beach boi ketahui bersama, tertimpa ombak bukanlah hal yang terburuk, tapi begitu kaki lepas dari tanah dan terseret ombak ke tengah adalah hal yang paling ditakuti. Kayanya ini penyebab utama turis2 pada koit di pantai, dan membuat mitos sang Pantai minta korban setiap tahun...dan kali ini Cina pula...so uncool. Kebayang kan headline koran "Pantai Panjang Mengambil Tumbal Anak Cina Gendut Pula."
Begitu dunia tenang, kaki sudah tidak bisa menginjak pasir lagi. Dicoba melorotkan badan ke bawah untuk mencek kedalaman tetap ngga bisa nginjak dasar, buset! Cepat2 berenang ke permukaan, dan alamak.....mau nangis rasanya....pantai-nya jauh banget! Ternyata pasang sudah masuk dan pantainya sudah maju jauh sekali! Panik dan mau coba teriak "Tolong..tolong", tapi noleh kiri kanan...ga ada orang! Teriak pun percuma. Mau menyerah saja, tapi pikiran menghabiskan malam di tengah laut lebih menakutkan daripada mati mencoba.
Dan akhirnya setelah berenang, digulung dan diseret ombak lagi, akhirnya sampai ke tepi pantai. Sendal sudah hilang ditelan pasang, untung hanya sendal jepit.
Pengalaman buruk kedua terjadi di kolam renang! Ini sudah agak besar sedikit, malam2 sekitar jam 8 di kolam renang sebuah klub golf. Sepi alias ga ada orang juga, dan saat itu dengan pede-nya ngambil lane di tengah. Berenang2 dan terjadilah hal yang dinantikan semua perenang pemula, kram di kaki kiri. Saat itu masih tenang2 dan memperkuat kaki kanan. Boom! Tiba2 kaki kanan kram, tinggal dua tangan. Sudah OMG! OMG! saat itu.
Tangan gerak2 supaya ngapung namun tidak berlangsung lama. Tangan kanan pun mulai kram. Panik! Tambah buruk, dan akhirnya tangan kiri menyusul. Waktu itu punya pikiran woalah...koq bisa sesial ini!
Sakitnya....walah2...kram di empat ekstrimitas, sudah ga bisa apa2. Badan sudah melesak tenggelam di kolam. Kepala muncul2 dan mau teriak tolong pun ngga ada orang, air sudah terminum berkali2. Mau menyerah juga, tapi waktu itu berpikir sakit lebih baik daripada mati. Dan yang penting hanya mencari posisi ngapung yang notabene mudah. So dengan menahan sakit...huff..huff...akhirnya bisa mengapung terlentang. Dari sana sudah gampang lah.
Pas sudah besar tapi masih muda terjadi lagi kejadian. Kali ini pertama kali gw berenang di sungai. OMG! Ga henti2nya kecelakaan...tapi kali ini bukan gw yang ketiban sial, tapi tetap saja traumatis.
Diajak mantan kantor outing di Pagar Alam Sumatera, secara kesempatan untuk rafting di sungai Sumatera ga sekali seumur hidup gw oye2 saja. Sungainya baguuus....sayang secara mau pergi rafting, kamera gw tinggal.
Ceritanya gw termasuk kloter yang paling akhir, which was cool karena isinya anak2 muda semua. Manajer2 yang sayang kalau mati masuk kloter pertama yang penjagaannya ketat. Begitu kita sampai di sungai sudah ada yang duduk2 di batu di seberang sungai.
Karena sungainya bersih gw betul2 berpikir untuk turun dan mau ke batu tsb. Cebur!...Tapi gw bukan yang pertama, ada rekan yang lebih dulu masuk ke air. Ok lah gw nyusul di belakang saja. Awalnya gw pikir dia tau kondisi lah bo...wong Palembang asli koq..badannya lebih gede dari gw, item lagi (ya ciri khas outdoor boi lah...).
Dan sampai ke tengah lewat sedikit, terjadilah yang dinanti2-kan! Dia mulai megap2. Yup kram! Ok dari gw pribadi: kondisinya memang sangat kondusif untuk kram. Kita jalan turun lembah yang cukup curam, air sungainya dingin, plus arus yang bikin orang tidak sadar mengeluarkan usaha lebih. Tapi karena manajemen kram gw sudah sangat2 Ok pasca kejadian konyol nyaris tenggelam di kolam renang..gw sih fine2 aja.
Pas dia kram gw berharap dia bisa recovery sendiri, jadi gw cuma berenang2 di sekitar dia. Tapiii....dianya tambah kacau. Kepala bisa sampai di bawah air en kita mulai hanyut. Waktu itu yang pertama terlintas adalah penyelamatan kampungan. Gw berharap bisa ngangkat dia dari bawah air, nendang dari dasar dan ngangkat badan dia untuk sesaat. Lumayan untuk recovery pernafasan. Lagi sungainya juga sedalam apa sih, kita cuma berapa meter dari tepi.
Tapi salah besar! Begitu gw masuk, kaki gw ga bisa nyentuh dasar! Tinggi badan gw ga pendek2 amat dan kapabilitas gw masuk ke dalam air juga sangat tidak jelek. Walah gw baru sadar ini sangat2 serius. Koq sungai sekecil ini bisa berubah kedalaman sedrastis ini.
Kembali ke atas, gw tiga perempat berharap ada orang lain yang melakukan pertolongan. Plis lah..masa gw...punya reputasi orang kantoran, orang kota...Cina pula. Lagian di situ ada orang2 keren koq: surveyor gw, orang konstruksi, dll. Tapi Ok lah... gw bisa koq.
Ga panik sih, lepas kacamata dulu, pegang dengan manis di tangan. Gw tau sih orangnya megap2 antara hidup dan mati, tapi ga bakal lah ilang dari gw. Masuk ke dalam air dan huff..yup tangan masuk dari bawah ketiak, dan dia ga bisa ke mana2 lagi. Tinggal dorong dada ke depan, en dia di atas gw. Loh darimana belajarnya? Plis deh...lu ngomong sama siapa gethu looh..
Sayangnya dia masih meronta2 dooh! Padahal bagian dada ke atas udah di atas air, mungkin gejala sakaw air sungai. Gw sampai harus ngencengin tangan, dan plek...kacamata patah! Damn! Secara badannya lebih gede dari gw! Sampe gw mesti ngomong ke dia "kalem..kalem.." En untungnya akhirnya dia kalem.
Lebih buruk? Lalalala...kita mulai hanyut ke arah jeram! Gw ga bisa berenang melawan arus sekuat itu dengan ngegandeng orang segitu gede di atas gw. Mulai panik. Tapi gw ngeliat jeramnya. Untung seribu untung ga jelek! Dengan buih segitu banyak, en arus sekuat ini...pasti dangkal! Jadi waktu itu... ya sudahlah ambil resiko saja..biarkan hanyut ke sana.
Tapi untung juga resikonya ga perlu diambil. Perjalanan hanyut ke jeram bisa ditunda2 dengan berenang sedikit2. Dan selang berapa lama si rekan sudah mulai recovery dan akhirnya bisa berenang lalu jalan ke pinggir melalui batu2. Yang laen pada tepuk tangan, dan gw bilang "Kampret lah.."
Tentu setelah itu gw mengkronfrontir (mantan) team gw.
"Gw ga bisa berenang Duz..naek tower sih bisa.."
"Lah terus koq lu pade bisa ke seberang?"
"Tadi sama mas guide-nya, ditarik pake perahu. (maksutnya mas-nya berenang narik perahu yang isinya mereka)"
"Woalah jadi kita berdua yang pertama turun ke sungai?"
"Iya.."
Kampret tiga belas! Dan dari situ gw trauma untuk turun ke sungai.
Entah kenapa dengan air selalu berada dalam love-hate relationship. Dan sejujurnya jantung gw belum kuat dengan diving.