Saturday, December 04, 2010

Islamophobia

Rasanya kantor gw sekarang begitu deh. Berulang kali di-kronfrotir karena tidak bisa makan babi.

"Kardy, are you a muslim?"

Aduh, gw bukan tidak bisa makan babi, tapi mbo bukan yang datang masih dalam bentuk potongan plus tulang dan ngambang2 di sup begitu. Sama aja dengan mencurigai orang yang tidak bisa makan kepala ayam: "Eh lu ga makan ayam yah?"

Dan salah satu manajer cewe beranak satu ngomong ke gw: "Kardy, i tell you this.. i hate muslim. I tell my son, I'm ok with any religion and free thinker as long as it is not Islam and Hindhu (perhaps the last one is identical with Indian people)"

Dalam hati: buseet dah..freethinker masih lebih mending dari sebuah agama.

Di sebuah kesempatan lain:

X: "Kardy, if you don't eat pork then I can introduce you to Malay girl"
Y: "But later on you have to pray four times a day you know.."
Me: "Err...I believe it suppose to be five.."
Z: "See..he knows their custom already"

Entahlah mungkin orang Islam yang mendengar ini bisa marah2.
Tapi bagi gw, ini adalah PR untuk dijawab oleh orang Islam saat ini.

Si manajer cewe pernah ke Jakarta dan langsung diwanti2 sama orang office Jakarta: "JANGAN KELUAR MALAM DAN SENDIRIAN", cc ke bos-nya juga.
Dan memang dari penilaian gw, kalau dia ke Jakarta dan jalan sendirian, dia ga bakal selamat.

But why? Sedih juga melihat kenyataan bahwa Jakarta begitu tidak amannya.

Gw berulang kali bilang ke temen2 muslim.

You know what? Indonesia itu 80% muslim. 20%-nya lagi cuma ecek2 dan dibagi2 pula.
So....kalau Islam maju Indonesia ya pasti maju lah...
Kalau Islam damai, ya Indonesia damai...
Kalau Islam penuh dengan rahmat, ya Indonesia makmur
Kalau Islam toleran, ya Indonesia menjadi panutan toleransi
Kalau Islam modern, ya Indonesia maju teknologinya

Tapi kenapa Indonesia ga bisa maju2? Korup? Kriminalitas tinggi?

Pendapat gw pribadi: Islam di Indonesia lebih suka terlena dengan mimpi kemahsyuran Islam jaman dulu, lebih suka mencari2 alasan dan kesalahan daripada mengkoreksi diri, dan malas berusaha.

Moral bobrok...ooh karena Miyabi datang...
Korupsi... ooh diajarkan oleh orang-orang Cina...
Pornografi, free seks... ooh pengaruh Amerika sang poros setan dunia...

Toh tetep aja si "dia" salaman dengan Michelle Obama. Aih sudahlah, bagi gw sih sudah tidak usah punya muka lagi.

Ada blog di Kompasiana yang mempertanyakan mengapa tidak ada Florence Nightingale, atau Mother Theresa versi muslim.

Gw mempertanyakan mengapa umat Buddha yang cuma secuil itu bisa membuat yayasan Buddha Tzu Chi di Indonesia, bisa membangun rumah susun, pusat daur ulang, universitas dan stasiun TV.

Dan umat Islam yang 80% itu cuma bisa cuap2 mengenai kekerasan, gosip, dan pornografi di televisi.

Tanya kenapa?

Dan sepanjang pengalaman gw bekerja dan mempekerjakan orang di Indonesia, gw jarang melihat orang muslim yang sadar kalau sholat itu menghabiskan waktu kerja, dan dia harus mengganti itu.

Begini: sepanjang jam kerja taruhlah 09.00-18.00, biasanya perlu 3x sholat. Setiap kali sholat: 20 menit. Total 60 menit. Jarang sekali ada muslim yang sadar hal ini dan dia mau kerja misal sampai jam 19.00. Kebanyakan mereka merasa: "ooh ini hak saya untuk beribadah".

Ya betul ini hak untuk beribadah, tapi harus fair donk. Orang yang non-muslim kerja 8 jam full. Tapi yang ini mau korupsi 1 jam setiap hari. Bayaran dituntut sama. Cak mana ini?
Kalau mau beribadah, please....you have to go for extra distance. Antara produktifitas harus lebih tinggi, dikompensasi dengan bekerja lebih lama atau gaji harus lebih rendah.

Adakah muslim yang sadar akan hal ini di Indonesia? Jawabannya: JARANG SEKALI. Kebanyakan enjoy2 saja. Jarang (eufemisme dari ga pernah) gw melihat pembahasan mengenai hal ini. Mungkin antara terlena, tak terpikir, tak mau dipikirkan atau malas berpikir.

Bukan bermaksud menjelek2-an Islam, deep in my heart gw mau Indonesia maju. Dan untuk Indonesia maju mau tidak mau umat Islam harus maju.
Best wishes.