Friday, January 07, 2011

Rokok, duit, dan kebodohan...

Melihat artikel tentang rokok di The Jakarta Globe: "Indonesian Government Witnesses Say Tobacco Not Addictive".
Yang mana garis besarnya adalah rokok adalah komoditas yang begitu berharga di Indonesia, banyak orang bergantung dengan industri ini, sampai-sampai yang hitam pun berubah menjadi putih.

Mengutip sebagian dari berita di atas:
"“In 2010, we had 73,896 employees and had a turnover of Rp 21.8 trillion, of which 56 percent went to the government,” said Subronto, an industrial relations executive for Djarum."

Triliun bow, baru Djarum, dan 56% ke pemerintah lagi, gimana ga dibela-belain?

Gw dulu inget ketika kerja di perusahaan telko. Biasa karena kita jual peralatan pemancar, pertanyaan yang paling sering ditanyakan oleh masyarakat umum adalah bagaimana dengan keamanan radiasi elektromagnetiknya?

Pada saat itu sedapat mungkin gw menghindari kesempatan mendapat pertanyaan tersebut, atau dengan kata lain gw menghindari sebisa mungkin acara sosialisasi dengan warga.

"Tapi memang aman koq Duz, ada surat pernyataan A, bukti riset dari B, sertifikasi dari C, dll.."

Gw bertanya kepada diri gw sendiri, seandainya di deket rumah gw dipasang pemancar, gw juga ga bakal mau loh... Kata kerennya: hati kecil gw merasa tidak tenang.

Di dunia yang serba duit ini.. apa sih susahnya membiayai riset..tapi hasilnya ya mbok sesuai kemauan si pemberi duit donk.. kan udah dapet bagiannya?
Ada riset independen yang kontra? Ya bayar lagi ilmuwan2 terkemuka untuk membantah hasil riset yang kontra tsb.
Dan karena telko saat itu sedang booming, kebayang donk duit yang dimiliki perusahaan2 tsb.

Dan gw tidak pernah lagi percaya sesuatu yang benar atau salah.

Ketika dikronfrontir mengenai cita2 gw menjadi bintang bokep dan germo biasanya begini:

"Iiih dy, itukan kerjaan haram..."

yang biasanya gw jawab dengan:

"Kerjaannya sih haram, tapi begitu jadi duit ya halal...."

Memang di mata gw yang calon penghuni neraka, duit adalah segala2-nya. Pintu surga pun bisa dicongkel terbuka dengan duit.
Loh tapi duit ga bisa dibawa mati? Ya tinggal dikonversi ke amal..nama kerennya: philanthropy.

Bagi gw yang haram adalah bodoh.

Merokok...oow tentu boleh..tapi harus smart. Lihat tempat supaya tidak mengganggu. Kecanduan? ooow boleh2 saja..tapi smart...lihat keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran. Berapa % yang boleh disisihkan untuk merokok. Dan tentu harus disiapkan uang untuk persiapan penyakit degeneratif akibat rokok.

Yang merokok sembarangan, punya anak 6 kerjaannya supir angkot masih merokok, anak kampung sekolah pake bantuan BOS masih cari2 rokok...itu orang2 tolol yang harus dibasmi.

Sama dengan maksiat...

Yang bikin video terus jualan.. ya ok2 saja toh.

Yang ngeliat bokep terus norak dan pergi memperkosa..itu yang harus dibasmi...

Gw sih masih "Hidup Ariel!"