Banyak yang bertanya2 kenapa selera gw tidak mencerminkan penampilan dan gaya (halah... padahal penampilan biasa2 saja).
Kenapa gw senang dengan kejadulan, entahlah.. mungkin pengaruh umur yang sudah semakin tua.
Ketika masih muda dan kuliah di Singapur dulu dan masih jaman bekerja malam2, ada teman yang menyetel lagu 'Nyanyian Rindu'-nya Ebiet, dan dia terkaget2 ketika gw bisa "ikut bernyanyi".
"Gila lu bisa hapal liriknya!"...ooh jelas...seluruh lagu pun hapal.
Lagunya ngga jadul2 amat, tapi mungkin label 'jadul' sudah menempel pada Ebiet. Padahal menurut gw dia salah satu musisi jenius Indonesia, dengan Iwan Fals. Dan gw mesti mengakui: I'm a fans!
Memang dulu pas masih muda... huuu apa2-an itu. Labelnya lebih parah: lagu pembantu! Rasanya ga jaman banget, apalagi dengan demam boysband + Bon Jovi. Cuma pembantu gw sering denger.
Tapi entah kapan koq rasanya bagus yak... gw bahkan mendengarkan kembali lagu Nike Ardilla.
Di lagu2 jadul ada kenangan, yang terkadang nyaman diingat kembali. Ketika bernyanyi dengan pembantu, liburan keluarga, menyusuri jalan2 Sumatera ketika bekerja dulu, bernyanyi bersama dengan teman2 ketika perpisahan dulu, sinetron favorit, etc.
Gw suka jadul karena ada cerita yang luar biasa dan benar2 terjadi dan jadul adalah saksi mata yang masih hidup.
Ketika menatap surat masuk Indonesia milik almarhum Kakek dan Nenek, ada cerita dibalik sejarah keluarga ini di Indonesia.
Akte anak luar nikah milik bonyok, ada cerita mengapa mereka disebut sebagai anak diluar nikah.
Gw masih ingat ketika gw dulu menemukan kardus penuh berisi Intisari koleksi bokap dari masa2 dia dulu. Setiap sore gw selalu duduk dan membaca satu persatu dengan penuh semangat.
Ada cerita mengenai letusan gunung Kelud, perang kimia entah di mana, cerita2 yang sebenarnya tidak pernah diceritakan kembali di masa gw.
It is not wise to live in the past, but sometimes you can relax a bit, take a rest from the present, stop worrying about the future and listen to the story from it.