Weekend kemaren gw benar2 sampah. Kembali mengulangi kesalahan fatal yang dulu pernah dilakukan.
Awalnya mengira bahwa sekarang lebih kuat, karena lebih dewasa, dll. Tanpa disadari bahwa dengan kondisi sekarang akibatnya malah lebih buruk.
Untung diri ini seperti ada dua personaliti yang berbeda. Sempat terlarut dalam suasana, tapi begitu pergi ke kamar mandi, melewati cermin dan bercermin. Diri yang lain bertanya "apa orang ini yang gw inginkan?"
Dan gw sadar bahwa gw tidak ingin menjadi orang di dalam cermin. Dan akhirnya pulang. Seperti orang gila memang.
Dan hari ini tiba2 gw depresi hingga mau muntah2. Expected, tapi yah begitulah....
Sebenarnya gw tahu bahwa gw tidak terlalu normal. Jauh di dalam gw benar2 sampah dan bisa bertingkah laku selayaknya sampah. Toh cita2 gw mau mati muda ini.
Hanya saja kelebihan gw adalah bisa berakting ceria, kuat, bisa menghadapi masalah, dll... Jadi di permukaan, nope.. tidak ada orang yang tahu.
But inside... gw tahu benar2 lemah. Makanya sampai sekarang gw takut membuka diri. No one know what's the real me. Bahkan gw sendiri aja kadang kebingungan.
I think the truth is painful. Gw tau sampai sekarang gw selalu hidup sendirian, tapi sebenarnya di dalam gw menginginkan hubungan dengan orang lain. I always dream of coming home to someone..yah begitulah boleh mimpi.
Apakah gw bisa menemukan seseorang itu? Apakah gw bisa bahagia? Ataukah gw harus bekerja dalam rutinitas yang membosankan tiap hari, pulang ke rumah sendirian, lalu pergi ke luar ketika weekend bertemu dengan orang2 yang hanya intim di 'permukaan' hingga akhir hidup? Dan akhirnya jadi kakek2 yang duduk di depan tivi?
Entah bagaimana tiba2 perasaan ini langsung menghantam dan gw harus lari ke kamar mandi untuk muntah2. Gw selalu muntah2 ketika stress.
Tapi lagi2 diri yang lain datang menyelamatkan.
I know my life isn't perfect. Sesuatu yang buruk pasti akan terjadi, gw pasti akan jatuh dan merasa sakit. Anggaplah gw menemukan seseorang, apakah ada jaminan bahwa gw akan bahagia seterusnya? Tentu tidak, siapa tahu hubungan kita berdua tidak akur? Siapa tahu kita berpisah? Bagaimanapun kemungkinan itu selalu ada.
Bukan masalah realisasi mimpi, tapi bagaimana menyikapi realita.
Dan diri lain mengingatkan: bukankah kita pernah berjanji... kalau jatuh dan sakit, kita harus berdiri lagi, tersenyum, mencoba berjalan, dan akhirnya berlari kembali. Semua luka akan kering dan meninggalkan bekas. Tidak masalah, itu merupakan tanda agar kita menjadi lebih bijaksana. Mungkin setelah terluka kita tidak bisa berlari secepat sebelumnya... lagi2 tidak masalah... toh ini adalah hidup kita sendiri dan ini adalah yang terpenting dalam hidup.
Tidak seharusnya gw khawatir dengan A-B-C-D. Yang paling penting adalah apa yang gw inginkan dari dulu sampai sekarang... yaitu ketika bercermin gw melihat orang yang bisa gw banggakan. Ini adalah mimpi, tapi daripada mimpi dalam tidur, lebih baik membangun dalam kenyataan sedikit demi sedikit.
Gw tidak akan jatuh ke jurang yang sama lagi. Yakin tidak akan selamat jika mengulang untuk kedua kalinya di umur segini.
Gw mungkin gila, tidak bahagia, dll. Tapi gw punya mimpi. Walaupun ada hambatan ini itu, tapi jika gw tidak terus berjalan ke arah mimpi tsb.. bagaimana gw berharap bisa sampai?