Wednesday, August 27, 2014

Belajar dari Buddha..

One day a disciple asked Buddha: "Buddha are you a God?
Buddha replied: "No, I am not. I am enlightened".

Topik ini membawa gw ke sebuah diskusi agama Buddha (yang bukan sok2 bule, tapi memang saat itu dalam bahasa England). Pertanyaan gw hanya satu: jika begitu, dimana pengertian tentang Tuhan dalam agama Buddha?
Kalau begitu agama-agama Abrahamic lebih mentereng dong, sudah sampai pada tahap mengerti dan menyembah Tuhan, daripada cuma sekedar konsep karma dan sebab-akibat.

Dan memang dengan rasa ingin tahu tapi "mentereng" itulah gw bertanya. Dijawab oleh biksu masih muda lagi: "I see you have quiet number of understanding, but perhaps what are you missing is to really identify what is important. "

Mendengar kalimat "what is important", jujur saat itu gw seperti tersambar petir. Beberapa detik kemudian gw cuma bisa tersenyum dan ngomong: "I understand". Biksu muda itu pun tersenyum.

Tapi senyuman hanya kedok belaka. Di perjalanan pulang gw menyempatkan diri untuk duduk di tempat sepi dan sesengukan sejadi-jadinya. Untung waktu itu sudah malem.

Nangis bukan kenapa, tapi malu pada diri sendiri. Justru dengan menganggap agama lain kurang mentereng diri ini dipermalukan sejadi-jadinya. Dengan satu kalimat "what is important", dimana ini adalah konsep Buddhism juga, semua pengertian dari membaca, mendengar cerita nenek, nonton kera sakti, dll dst mendadak menjadi terang menderang.

Tentu saja! Yang penting bagi umat Buddhists adalah lepas dari lingkaran samsara. Jelas ini kurang mentereng karena muncul pertanyaan siapa "The Supreme Being" yang menciptakan mekanisme samsara. Tapi Buddha hanyalah Buddha, dan lepas dari lingkaran samsara jelas merupakan solusi. Bukan solusi super lengkap, tapi solusi adalah solusi.

Dan siapa yang bisa menilai? Tentu penilaian paling objektif adalah silahkan penganut agama kecap nomor satu untuk mati, dan mengirimkan laporan dari dunia lain. Jaman sekarang no pic ga laku. Dan tentu jangan kasus spesial, wong ada yang menjadikan agama sebagai garansi.

Tapi untuk urusan beginian, promosi kecap bukanlah hal yang paling tepat. Bukan apa, ini adalah perjuangan setiap pribadi. Dan jujur dengan bertambahnya pemahaman, hati ini semakin merasa rendah diri. Siapakah kita menilai diri sendiri lebih baik dari orang lain? Apakah pekerja kantoran lebih baik dari pekerja seks komersial. Belum tentu....dan jika merasa lebih baik kenapa tidak membantu yang pekerja seks komersial?

Almarhum nenek adalah seorang Buddhist. Dan dibalik sosok nenek kerempeng, pakai baju sama setiap pagi, dan perhiasan ga pernah keliatan, pemahamannya akan hidup benar-benar kokoh. Dia adalah satu inspirasi hidup gw, dan ada beberapa nasehatnya yang selalu gw bawa dalam hati. Jika berkunjung ke rumah abu, di antara sederet foto, subjektif mungkin, tapi gw merasa fotonya yang berbalut jubah kuning....ada kesan yang berbeda dari yang lain.