Sunday, October 16, 2011

Pendidikan Jaman Sekarang

"Banyak pelanggannya? Hari ini berapa pelanggan?"
"Emm hari ini mas yang kedua, tadi pagi ada satu" begitu jawabnya.

Percakapan ini terjadi di tempat pijat "tidak benar", plus plus istilah gaulnya.
Dan langsung otak matematika gw berjalan. Kalau satu pelanggan = 500 rb, dua pelanggan berarti 1 jt. Ok-lah hitung kalau dia bawa pulang cuma 60%-nya = 600 rb. 3-5 pelanggan per bulan saja sudah lebih besar dari gaji fresh graduate S1 di Indo. Kalau dia konsisten 2 pelanggan/hari selama 30 hari, sudah gaji manager itu.

Dan memang begitu ditanya: "Kenapa ga kuliah?"
Jawabannya memang ke arah situ. Buat apa saya kuliah kalau gaji sarjana kecil? Keluar uang lagi.

Jujur gw speechless.

Ada teman gw lulusan Binus yang gajinya sekarang (yup sekarang): 1.5 juta per bulan.
Ada teman sarjana komputer membuka toko bangunan. Sarjana mesin berjualan baju. Dan pernah satu ketika gw memilih untuk berjualan saja ketimbang harus kembali bekerja profesional di Jakarta.

The money sucks..BIG time!

Kembali ke masalah pijat memijat "tidak benar".

Teringat dulu ketika berjalan-jalan di beberapa mal di Jakarta yang memang terkenal sebagai tempat mangkal gigolo. Well dengan beberapa teman kita mencoba untuk menebak2 dan ber-hiiii ria bersama. Memang ada yang betul2 jelas terlihat.. cowonya ganteng, tantenya kisut dan keriput.
Mereka hiiiii.... gw iri.

I want that life. Dan gw memandang dengan tatapan sangat iri. Hidup gw adalah tong gendut berjalan yang setiap hari harus menghapal rumus2 ga jelas yang kemudian hari ga bakal dipakai sama sekali.
But my life wasn't my choice back then. Menurut orang tua nilai fisika, matematika, dll lebih utama. Which is until today i find it not true.

Pendidikan...apakah itu mengajarkan jalan hidup? Ataukah hanya sebagai pabrik robot yang nantinya dipakai sebagai tenaga kerja murah?

Kenapa kita tidak boleh menjadi alternatif? Unik di tengah masyarakat yang serba robot?

Ada cerita lain. Seorang teman punya teman (yang mana memang gw pernah ketemu). Well dia memang ganteng (walaupun ga ganteng2 amat juga). Dan ceritanya adalah dia di-'piara' oleh salah satu pengusaha fashion ternama di Jakarta (which is .. yes cowo juga). Dia juga menjadi model poster2 yang ditempel oleh si pengusaha fashion ini di outlet2-nya.

Cool huh...

Mungkin hidup 'normal' seperti saat ini hanya untuk losers saja. Buat orang2 yang tidak keren yang harus duduk di cubicle Senin-Jumat. Dan kita berbangga karena kita 'normal'. Tapi sayang sekali tetap tidak keren.

It is not that in your life you can dream anything and work your way towards it.

Banyak orang yang bertanya2 kenapa gw selalu bermimpi untuk jadi yang aneh2

The answer is I feel bored. My parents and society answer for everything is to live normally and happily. Tapi gw tidak mau menjadi normal ketika semua orang normal! It's just plainly pathetic.
Dan mungkin tidak cuma gw yang merasa seperti ini. Buktinya film super hero selalu laris manis. Dari situ saja kita bisa melihat bahwa orang-orang normal hanya menjadi korban, menjerit-jerit ketika monster menyerang, dan akhirnya mati menggenaskan.
Can we dream to be a super hero? Or the bad guy? At least the bad guy died for something.

Dan gw menjadi orang yang bitter. Ketika sepupu gw nanya PR matematik-nya, gw memang masih bisa, dan gw ngajarin.. tapi gw bilang: "ngga ada gunanya...". I'm not a good influence for kids.

Ada teman yang bekerja jadi guru di dunia pendidikan. Dan seperti layaknya guru dia mengajarkan pada anak didiknya bahwa mencontek itu tidak baik dan tidak boleh.
Gw tertawa sedikit ketika berbicara dengan dia.. "tidak baik sih iya... tapi tidak boleh.. tunggu dulu. Tidak boleh kalau ketahuan..."
Ini bukan perkara moral, bukan perkara mencuri. Ini perkara jalan hidup.
Kalau jadi guru gw akan berkata: "Kalian boleh mencontek.. asal jangan ketahuan saya." Toh memang begitu orang hidup.
Mencontek.. mencuri... mengadaptasi. Asal tidak ketahuan, apa salahnya. Hanya orang bodoh yang mengais2 tanah untuk memulai dari 0.
Contoh? Rasanya banyak.. lihat saja Samsung dan Apple.



Di mata gw hanya tiga hal yang membuat dunia berputar: money, power, and sex. Bukan Tuhan, dan bukan moral.

Jujur tidak sampai hati gw, kalau sampai punya anak nanti, dan gw harus mengajarkan hal ini kepada dia. Dan mungkin lagi2 beginilah kesalahan orang tua. Kita ingin anak2 kita punya idealisme terhadap dunia, menjadi orang yang tidak sepahit orang tuanya yang banyak mengalami kekecewaan. Tapi begitu anak kita besar dan mengetahui bahwa kenyataan yang sesungguhnya tidaklah seindah mimpi.... lingkaran setan akan mulai berputar kembali.