Pas buka yahoo mail sekilas melihat berita di bawahnya: "NY legalise gay marriage". Dalam hati langsung bilang wow. Bukan kemenangan kecil secara NY merupakan negara bagian terpadat US. Dan lagi2 (seperti layaknya ketika homoseksual dikeluarkan dari golongan penyakit jiwa oleh asosiasi psikiatri Amerika dan termasuk dalam HAM oleh dewan HAM PBB) kemenangan dengan margin voting yang tipis.
Gw pernah membaca literatur mengenai cerita orang2 yang terlibat dalam Stonewall riot 1969 dan juga cerita satu orang yang berbicara dalam kongres asosiasi psikiatri tsb (biasa gw suka baca yang engga2 kalau ke perpus), dan gw mesti bilang angkat topi untuk mereka2.
Tapi ini membawa pertanyaan, mau diajar apa generasi selanjutnya? Ketika nilai2 yang selama ini kita ketahui (sebagai generasi yang menua) mulai ambruk satu per satu.
Sejujurnya gw pun ragu untuk bisa catch up dengan generasi muda sekarang.
Ketika gw kecil, orang tua gw selalu menyuruh gw untuk belajar bahasa Cina. Alasannya adalah karena gw orang Cina jadi harus tau budaya Cina.
Ya jelas mereka gagal. Wong yang gw idolakan adalah budaya Amerika dengan Air Wolf, Knight Rider, Friday the 13th, Hunter, Star Trek, dan teman2-nya. I didn't give a sh*t about Chinese!
Dan lagi mereka mengajarkan untuk bisa menulis Cina yang sebagaimana perlu diketahui repotnya setengah mati karena harus ada urut2-annya. Belum lagi ada tradisional Chinese dan simplified.
Yang mereka gagal sampaikan adalah, belajar Cina karena bahasa Cina bakal jadi populer di masa yang akan datang. Karena Cina bakal jadi raksasa ekonomi, dan kalau mau dilihat ada beberapa produk kebudayaan yang sebenarnya keren, trendi, dan ga norak2 amat.
Dan mereka gagal untuk mengantisipasi perkembangan komputer. Kalau sekarang disuruh nulis Cina pun gw lupa (walaupun tulisan tangan Cina gw masih bagus..duilee), udah kebiasaan pakai keyboard di komputer.
Tapi tidak bisa menyalahkan mereka karena bagaimana mungkin mereka bisa tahu dunia bakal jadi seperti ini.
Dan mereka pun sekarang mati2-an berusaha untuk menyesuaikan diri.
Dulu ketika koko gw mau married, si bokap udah mau siap2 kuas untuk nulis undangan. Gw bilang udah kasih ke gw, ntar gw ketik en print label undangannya, lebih cepet.
Tampangnya amazed gitu... seakan2 ngetik Cina di komputer itu susahnya kaya gimana.
Dan nyokap pun berusaha untuk belajar ngetik Cina. Dia sebelumya pake metode "apa itu namanya gw tak tahu". Gw bilang pin yin lebih cepet, dan setelah liat demonya beberapa kali, sekarang dia latihan pin yin, hahahaha.....
Ada perubahan dan pergeseran nilai. Dari dulu ketika kita menulis surat pakai tangan, dan sekarang ketika semuanya diketik di komputer.
Dulu kita mengirim surat pakai perangko, dan setiap menerima surat, amplopnya direndem air, perangkonya diambil dan dikeringkan terus ditaroh album.
Sekarang kita sudah ber-email ria. Ngirim surat pun pakai bar-code bukan lagi pakai perangko. Kalaupun pakai perangko, perangkonya udah bentuk stiker.
Dulu telepon rumah, terus pager, terus handphone, dan sekarang smartphone dan tablet.
Kita berubah, dan nilai2 kehidupan pun berubah.
Ada beberapa orang yang takut akan perubahan, ada juga yang menginginkan perubahan. Tapi ada perubahan yang tidak bisa dihindari.
Jadi apa yang harus diterangkan ke generasi muda sekarang? Apakah keluarga itu? Kenapa temannya si A tidak punya bapak? Kenapa temannya si B tidak punya ibu? Kenapa si itu bapak atau ibunya dua orang?
Dan gw pikir gw pun berubah. Entah anak siapa nanti yang gw ajarin, tapi gw lebih prefer ke tipe orang yang menghargai orang apa adanya, dan bukan menghina kekurangannya. Kalau ada anak entah siapa juga yang menghina2, hati2 mungkin bisa kena tendang. So.. ini adalah peringatan, kalau orangtuanya ngajarin yang engga2 lebih baik anaknya jangan deket2 gw.
Tidak ada jaminan bahwa yang tradisional lebih baik, dan tidak ada jaminan pula bahwa yang modern lebih baik. Tapi ketika pilihan diambil, tidak baik untuk menghakimi baik atau buruk.
Apalagi bukan kita yang menjalani hidup orang lain. Kita hanya menjalani hidup kita sendiri.
Teringat ucapan Mrs. Doubtfire di akhir filemnya:
"There are all sorts of different families, Katie. Some families have one mommy, some families have one daddy, or two families. And some children live with their uncle or aunt. Some live with their grandparents, and some children live with foster parents. And some live in separate homes, in separate neighborhoods, in different areas of the country - and they may not see each other for days, or weeks, months... even years at a time. But if there's love, dear... those are the ties that bind, and you'll have a family in your heart, forever."
Sunday, June 26, 2011
Tuesday, June 21, 2011
First Day Cover
Beda rumput beda belalang.
Gw rasa ada yang beda dalam sistem sampul hari pertama (FDC) antara Singapura dan Indonesia.
Di sini setiap kali gw harus seperti orang gila untuk minta mereka ngasih cap kantor pos biasa di sampul hari pertama. Pak/Tante posnya pasti nunjuk ke cap cancellation yang udah ada, sementara gw mati2-an "No..no..no.. I want today's ordinary chop!!"
Apa tujuan minta cap pos biasa? Well untuk kasus di Indonesia adalah untuk menunjukkan bahwa benar sampul hari pertama tsb diperoleh tepat pada hari penerbitan pertama, yang mana harganya pasti lebih mahal. Di kasus Indonesia juga, lebih bagus lagi jika ditemani dengan label pos tercatat (registered article). Tapi entah bagaimana sekarang kelanjutannya tidak tahu menahu, secara sistem RA sudah pakai barcode sekarang.
Dan buat gw personally, ada kesan pribadi tersendiri. Seperti sampul di atas yang pertama kalinya gw beli di Changi Airport sambil lari2 karena kantor posnya tutup jam 9.30 malem, sementara gw ciiit nyampe airport jam 9.20 malem.
Pas beli unclenya bilang cap pos biasanya udah dirol ke tanggal besok, tapi gw tetap memaksa. Mungkin dia pikir daripada bikin masalah sama turis gila kaya gini, lebih baik yang waras ngalah.
Sepertinya di sini ada angka di cap cancellation FDC. 1 means hari pertama. Sementara di Indo ngga ada sistem beginian. Cap cancellation ya cap cancellation, kaga pake angka2 (walaupun ada tanggal penerbitan). Mungkin karena itu perlu ditemani cap pos biasa. Mirip dengan sistem sampul Australia (ga ada contoh FDC Indonesia, secara semuanya dikirim langsung ke rumah di Tangerang).
Di sini (SGP) juga rada "fair". Begitu lewat hari pertama FDC no longer can be bought online. Langsung di-take down dari website, beda sama di Indo yang tetap dipajang berhari2 bahkan sampe berbulan2.
Tapi tidak begitu familiar dengan sistem ini gw pun tertipu.
Sampul "Old Maps of Singapore" di atas gw beli di "pasar loak" China Square. Tidak teliti melihat gw pikir FDC ya FDC aja.
Setelah diteliti2 walaw....capnya nomor 23. Means 23 hari dari hari penerbitan??
Kecewa huhuhu....
Secara gw orangnya cukup perfeksionis untuk urusan beginian...
Dan "Old Maps of Singapore" bener2 merupakan ambisi dari jaman kecil dahulu, yang begitu senangnya menerima surat dari Singapur dan "berusaha" untuk mengkomplitkan peta.
En Amerika lebih aneh lagi, mungkin terlalu liberal mereka. Gw sampe ngomel2 ke temen gw, eh masa yang Kennedy Space Center begini doank cap-nya. Cuma garis2 lalu ada tulisan "First Day of Issue"?? Dan dia bilang iya memang begitu. Hahahaha maafkan diriku.
Tapi kalo gw lihat edisi lain, contoh: The Simpsons, rasanya capnya normal2 aja, kaya di Indo.
Binung.....
Gw rasa ada yang beda dalam sistem sampul hari pertama (FDC) antara Singapura dan Indonesia.
Di sini setiap kali gw harus seperti orang gila untuk minta mereka ngasih cap kantor pos biasa di sampul hari pertama. Pak/Tante posnya pasti nunjuk ke cap cancellation yang udah ada, sementara gw mati2-an "No..no..no.. I want today's ordinary chop!!"
Apa tujuan minta cap pos biasa? Well untuk kasus di Indonesia adalah untuk menunjukkan bahwa benar sampul hari pertama tsb diperoleh tepat pada hari penerbitan pertama, yang mana harganya pasti lebih mahal. Di kasus Indonesia juga, lebih bagus lagi jika ditemani dengan label pos tercatat (registered article). Tapi entah bagaimana sekarang kelanjutannya tidak tahu menahu, secara sistem RA sudah pakai barcode sekarang.
Dan buat gw personally, ada kesan pribadi tersendiri. Seperti sampul di atas yang pertama kalinya gw beli di Changi Airport sambil lari2 karena kantor posnya tutup jam 9.30 malem, sementara gw ciiit nyampe airport jam 9.20 malem.
Pas beli unclenya bilang cap pos biasanya udah dirol ke tanggal besok, tapi gw tetap memaksa. Mungkin dia pikir daripada bikin masalah sama turis gila kaya gini, lebih baik yang waras ngalah.
Sepertinya di sini ada angka di cap cancellation FDC. 1 means hari pertama. Sementara di Indo ngga ada sistem beginian. Cap cancellation ya cap cancellation, kaga pake angka2 (walaupun ada tanggal penerbitan). Mungkin karena itu perlu ditemani cap pos biasa. Mirip dengan sistem sampul Australia (ga ada contoh FDC Indonesia, secara semuanya dikirim langsung ke rumah di Tangerang).
Di sini (SGP) juga rada "fair". Begitu lewat hari pertama FDC no longer can be bought online. Langsung di-take down dari website, beda sama di Indo yang tetap dipajang berhari2 bahkan sampe berbulan2.
Tapi tidak begitu familiar dengan sistem ini gw pun tertipu.
Sampul "Old Maps of Singapore" di atas gw beli di "pasar loak" China Square. Tidak teliti melihat gw pikir FDC ya FDC aja.
Setelah diteliti2 walaw....capnya nomor 23. Means 23 hari dari hari penerbitan??
Kecewa huhuhu....
Secara gw orangnya cukup perfeksionis untuk urusan beginian...
Dan "Old Maps of Singapore" bener2 merupakan ambisi dari jaman kecil dahulu, yang begitu senangnya menerima surat dari Singapur dan "berusaha" untuk mengkomplitkan peta.
En Amerika lebih aneh lagi, mungkin terlalu liberal mereka. Gw sampe ngomel2 ke temen gw, eh masa yang Kennedy Space Center begini doank cap-nya. Cuma garis2 lalu ada tulisan "First Day of Issue"?? Dan dia bilang iya memang begitu. Hahahaha maafkan diriku.
Tapi kalo gw lihat edisi lain, contoh: The Simpsons, rasanya capnya normal2 aja, kaya di Indo.
Binung.....
Sunday, June 19, 2011
Next dream
Di setiap ultah, gw selalu bermimpi mau seperti apa gw di ultah berikutnya.
Di ultah tahun depan, hang on...Gw mau tetap kerja.
Dua tahun ke depan, gw mempertimbangkan untuk sekolah lagi. Mungkin engineering, mungkin manajemen, mungkin juga science. Yang jelas gw sedikit kangen dengan maen hantam2-an dengan matematik.
I should grow stronger and faster. Run, bike and swim.
Masih ada nomor ultra marathon 100 km, dan di facebook gw ada orang dari Sweden yang ikut lomba sepeda 300 km.
Dan gw mengeluh untuk jarak yang pendek...malu2.
There is no way orang Asia harus kalah dengan bule.
Sekali lagi cuma mimpi....
Di ultah tahun depan, hang on...Gw mau tetap kerja.
Dua tahun ke depan, gw mempertimbangkan untuk sekolah lagi. Mungkin engineering, mungkin manajemen, mungkin juga science. Yang jelas gw sedikit kangen dengan maen hantam2-an dengan matematik.
I should grow stronger and faster. Run, bike and swim.
Masih ada nomor ultra marathon 100 km, dan di facebook gw ada orang dari Sweden yang ikut lomba sepeda 300 km.
Dan gw mengeluh untuk jarak yang pendek...malu2.
There is no way orang Asia harus kalah dengan bule.
Sekali lagi cuma mimpi....
Saturday, June 18, 2011
Pink Dot SG, Bravo!
Hari ini gw ada agenda khusus, selain berenang pagi dan bermalas2-an seharian.
Gw bertekad untuk datang ke Pink Dot SG 2011. 18th June 2011 bertepatan dengan ultah gw donk! Lagian tempatnya juga deket di Hong Lim Park, tinggal ngesot dari rumah.
Ini kali yang ketiga, setelah sebelum2-nya gw kelewat melulu.
Yang pertama 2009 gw baru datang ke SG, so sedikit kampungan. Yang kedua gw jogged by karena betul2 ga inget tanggal.
Yang ketiga ini impossible lupa karena it's birthday me! Dan gw pingin banget liat Dim Sum Dolly, ya secara pekerja asing haus liat artis gethu looh.
Tapi nyaris ketiduran euy. Cape berenang pagi + abis makan siang, ngantuk gaban. Tidur siang en bangun jam 5 lewat. Lari ke jendela liat ke tempatnya, eh udah mulai.
Cuci muka terus lari ke bawah deh. For note: I don't have ANY pink clothes, so yeah.. wrong dress code here :(.
Apa itu Pink Dot? Penjelasan singkat dari gw adalah it's LGBT pride with asian's touch. Penjelasan panjang lebar bisa dilihat di sini.
Ketika prime minister LHL pernah bilang: apakah Singapura pingin melihat gay pride seperti di Australia di jalan2 Singapur? Think not.
But this one is different style. Smart...hahahaha. Lebih fokus ke bring the whole family closer. Pintar....
And yeah.. this year was huuuggeee compared to last year. Orang2-nya lebih rame bo!
And I saw my gym instructor there! Tapi dia juga salah kostum, mungkin supporter juga kali ye (seperti gw).
Ada cewe yang bawa tulisan "I'm straight but I have an open mind".
Ada alasan kenapa gw mau datang. Benar yang dikatakan oleh MC-nya. Buat kita2 yang punya teman2 LGBT, they make our life more meaningful, seperti layaknya teman2 lainnya. Label "LGBT" bahkan menjadi tidak penting dibandingkan dengan pertemanan. Dan ketika orang lain membenci mereka, sedih juga rasanya.
Gym instructor gw dulu di Indo juga gay. He's happily "married". Dan dia selalu bilang ke gw untuk "selalu bisa..." Mulai dari yang kecil, lalu pelan2 naik. Beda sama guru OR SMP yang selalu menjelek2-an. Ketika push up, dia bilang ayo pasti bisa...
Believe it or not gw mulai body pump di kelas dia dengan beban 2 kg each untuk circuit paha! Dan gw muntah2 afterwards!
Sekarang *ahem* much2 better.
Buat gw, i've gained so much dari pertemanan dan teman2 di sekeliling gw, jauh lebih besar dari yang gw dapat ketika membuat permusuhan.
Dan label LGBT menjadi sesuatu yang benar2 tidak penting dan bisa dibuang.
Jadi gw datang! I yelled and I laughed! Gw bener2 kangen dengan ucapan "Don't be so kanciong.." bener2 lokal hahahaha....
Pasukan googlers sebagai sponsor juga kelihatan. Dengan kaos pink dan ada gambar sepasang android pegangan tangan di belakang. Cute....
Untuk hal ini gw bilang Singapura beruntung. Mereka punya event unik dimana LGBT-ers bisa merasa dan menjadi bagian integral di negara sendiri. With all the supports from family and friends.
Konflik horisontal dan perdebatan pasti selalu ada, tidak mungkin perubahan terjadi dalam satu malam.
Gw ga ikutan dalam buletan pink .. fiuh ada alasan kuat: S'porean and PR only. Secara yang bisa membuat pernyataan di speakers corner (the only free speech ground in Singapore) ya dua golongan itu. So no worry over wrong dress code.
Buat gw pribadi: to love is a miracle itself, so for people who can and are in love, my best wishes for all of you!
Dan negara gw...huff... sedang ke laut seperti biasa.
Buat gw pribadi... aduh gimana yah.. kemarin dideketin oom2 kaya pun gw ga mau. So how? Entahlah....
Mungkin harga diri no. 1, kekayaan no. 2, jenis kelamin no. 3??
Gw pun bingung... hahahaha....
Gw bertekad untuk datang ke Pink Dot SG 2011. 18th June 2011 bertepatan dengan ultah gw donk! Lagian tempatnya juga deket di Hong Lim Park, tinggal ngesot dari rumah.
Ini kali yang ketiga, setelah sebelum2-nya gw kelewat melulu.
Yang pertama 2009 gw baru datang ke SG, so sedikit kampungan. Yang kedua gw jogged by karena betul2 ga inget tanggal.
Yang ketiga ini impossible lupa karena it's birthday me! Dan gw pingin banget liat Dim Sum Dolly, ya secara pekerja asing haus liat artis gethu looh.
Tapi nyaris ketiduran euy. Cape berenang pagi + abis makan siang, ngantuk gaban. Tidur siang en bangun jam 5 lewat. Lari ke jendela liat ke tempatnya, eh udah mulai.
Cuci muka terus lari ke bawah deh. For note: I don't have ANY pink clothes, so yeah.. wrong dress code here :(.
Apa itu Pink Dot? Penjelasan singkat dari gw adalah it's LGBT pride with asian's touch. Penjelasan panjang lebar bisa dilihat di sini.
Ketika prime minister LHL pernah bilang: apakah Singapura pingin melihat gay pride seperti di Australia di jalan2 Singapur? Think not.
But this one is different style. Smart...hahahaha. Lebih fokus ke bring the whole family closer. Pintar....
And yeah.. this year was huuuggeee compared to last year. Orang2-nya lebih rame bo!
And I saw my gym instructor there! Tapi dia juga salah kostum, mungkin supporter juga kali ye (seperti gw).
Ada cewe yang bawa tulisan "I'm straight but I have an open mind".
Ada alasan kenapa gw mau datang. Benar yang dikatakan oleh MC-nya. Buat kita2 yang punya teman2 LGBT, they make our life more meaningful, seperti layaknya teman2 lainnya. Label "LGBT" bahkan menjadi tidak penting dibandingkan dengan pertemanan. Dan ketika orang lain membenci mereka, sedih juga rasanya.
Gym instructor gw dulu di Indo juga gay. He's happily "married". Dan dia selalu bilang ke gw untuk "selalu bisa..." Mulai dari yang kecil, lalu pelan2 naik. Beda sama guru OR SMP yang selalu menjelek2-an. Ketika push up, dia bilang ayo pasti bisa...
Believe it or not gw mulai body pump di kelas dia dengan beban 2 kg each untuk circuit paha! Dan gw muntah2 afterwards!
Sekarang *ahem* much2 better.
Buat gw, i've gained so much dari pertemanan dan teman2 di sekeliling gw, jauh lebih besar dari yang gw dapat ketika membuat permusuhan.
Dan label LGBT menjadi sesuatu yang benar2 tidak penting dan bisa dibuang.
Jadi gw datang! I yelled and I laughed! Gw bener2 kangen dengan ucapan "Don't be so kanciong.." bener2 lokal hahahaha....
Pasukan googlers sebagai sponsor juga kelihatan. Dengan kaos pink dan ada gambar sepasang android pegangan tangan di belakang. Cute....
Untuk hal ini gw bilang Singapura beruntung. Mereka punya event unik dimana LGBT-ers bisa merasa dan menjadi bagian integral di negara sendiri. With all the supports from family and friends.
Konflik horisontal dan perdebatan pasti selalu ada, tidak mungkin perubahan terjadi dalam satu malam.
Gw ga ikutan dalam buletan pink .. fiuh ada alasan kuat: S'porean and PR only. Secara yang bisa membuat pernyataan di speakers corner (the only free speech ground in Singapore) ya dua golongan itu. So no worry over wrong dress code.
Buat gw pribadi: to love is a miracle itself, so for people who can and are in love, my best wishes for all of you!
Dan negara gw...huff... sedang ke laut seperti biasa.
Buat gw pribadi... aduh gimana yah.. kemarin dideketin oom2 kaya pun gw ga mau. So how? Entahlah....
Mungkin harga diri no. 1, kekayaan no. 2, jenis kelamin no. 3??
Gw pun bingung... hahahaha....
Wednesday, June 15, 2011
Kalau Mau Pasti Ada Jalan
Gw selalu bertanya begini kepada orang yang percaya pada surga dan neraka:
Kalau ada surga, dan ada neraka, bagaimana mungkin orang yang masuk surga bisa hidup bahagia selamanya mengetahui ada orang yang menderita di neraka. Kalaupun mereka bisa, bukankah mereka tidak pantas masuk surga?
Bukankah harga surga adalah kasih? Dan memaafkan? Dan toleransi? Dan segala perbuatan baik? Kalau ada yang bisa berbahagia di atas penderitaan orang = ??
Kalau ada Tuhan, gw selalu berdoa supaya semua orang masuk surga. Sudahlah tidak usah repot dan gelut mana yang benar dan mana yang salah. Toh di hari akhir nanti kita punya waktu selamanya untuk saling memaafkan dan mengerti satu dengan lainnya.
Mungkin ini ajaran tentang konsekuensi, supaya orang mengerti segala sesuatu ada ganjarannya. Tapi gw juga percaya tidak ada perbuatan macam apapun yang pantas diganjar selamanya.
Berbicara dengan seorang yang beragama Buddha, dia tersenyum.
"Pernah dengar dengan yang namanya Ksitigarbha?"
Aaah ya... sudah lama banget ga denger nama itu.
Almarhum nenek gw Buddha, dan sebenarnya nyokap dulunya beragama Buddha. Jadi dari kecil karena sudah kehabisan cerita, terkadang diceritain tentang agama Buddha, termasuk baca2 fotokopian yang dibawa pulang dari wihara mana lah...
Ada banyak variasi cerita, tapi intinya cuma satu.
Ksitigarbha adalah either monk or Bodhisattva yang terkenal dengan sumpahnya untuk tidak menjadi Buddha, mengajarkan dharma kepada mahluk2 di neraka sampai tidak ada lagi penghuni neraka yang tersisa.
Personally I think it's wow....
Siapakah Bodhisattva itu? Dulunya ya manusia-manusia juga. Dan seperti yang dipercaya oleh orang2 Buddhist, semua orang punya benih Bodhisattva di dalam dirinya.
So can we do that?
It's a long shot...but the answer is yes...it is possible.
Jadi pada dasarnya gw menolak konsep neraka ala Tuhan Abraham.
Gw percaya kita akan menjadi semakin dewasa, bijak, dan adil apalagi calon2 penghuni surga. We will talk to God at the very end of the days: Betapapun jahatnya orang di dunia, betapapun buruknya perilaku mereka terhadap kita, betapa mengerikan penganiayaan, penipuan, pembunuhan, dll, we will forgive them.
How can you live forever in His grace, whereas you don't have grace to forgive and forget? It's just absurd.
Dan kalau pendeta bilang di hari akhir nanti semua sudah terlambat, gw ga percaya.
Kalau ada surga, dan ada neraka, bagaimana mungkin orang yang masuk surga bisa hidup bahagia selamanya mengetahui ada orang yang menderita di neraka. Kalaupun mereka bisa, bukankah mereka tidak pantas masuk surga?
Bukankah harga surga adalah kasih? Dan memaafkan? Dan toleransi? Dan segala perbuatan baik? Kalau ada yang bisa berbahagia di atas penderitaan orang = ??
Kalau ada Tuhan, gw selalu berdoa supaya semua orang masuk surga. Sudahlah tidak usah repot dan gelut mana yang benar dan mana yang salah. Toh di hari akhir nanti kita punya waktu selamanya untuk saling memaafkan dan mengerti satu dengan lainnya.
Mungkin ini ajaran tentang konsekuensi, supaya orang mengerti segala sesuatu ada ganjarannya. Tapi gw juga percaya tidak ada perbuatan macam apapun yang pantas diganjar selamanya.
Berbicara dengan seorang yang beragama Buddha, dia tersenyum.
"Pernah dengar dengan yang namanya Ksitigarbha?"
Aaah ya... sudah lama banget ga denger nama itu.
Almarhum nenek gw Buddha, dan sebenarnya nyokap dulunya beragama Buddha. Jadi dari kecil karena sudah kehabisan cerita, terkadang diceritain tentang agama Buddha, termasuk baca2 fotokopian yang dibawa pulang dari wihara mana lah...
Ada banyak variasi cerita, tapi intinya cuma satu.
Ksitigarbha adalah either monk or Bodhisattva yang terkenal dengan sumpahnya untuk tidak menjadi Buddha, mengajarkan dharma kepada mahluk2 di neraka sampai tidak ada lagi penghuni neraka yang tersisa.
Personally I think it's wow....
Siapakah Bodhisattva itu? Dulunya ya manusia-manusia juga. Dan seperti yang dipercaya oleh orang2 Buddhist, semua orang punya benih Bodhisattva di dalam dirinya.
So can we do that?
It's a long shot...but the answer is yes...it is possible.
Jadi pada dasarnya gw menolak konsep neraka ala Tuhan Abraham.
Gw percaya kita akan menjadi semakin dewasa, bijak, dan adil apalagi calon2 penghuni surga. We will talk to God at the very end of the days: Betapapun jahatnya orang di dunia, betapapun buruknya perilaku mereka terhadap kita, betapa mengerikan penganiayaan, penipuan, pembunuhan, dll, we will forgive them.
How can you live forever in His grace, whereas you don't have grace to forgive and forget? It's just absurd.
Dan kalau pendeta bilang di hari akhir nanti semua sudah terlambat, gw ga percaya.
Tuesday, June 14, 2011
Total Failure!
Sebenarnya malu untuk mengakui, tapi biarlah jadi catatan pribadi saja.
Akhir-akhir ini dihujani banyak kegagalan, entahlah jadi sulit memaafkan diri sendiri.
Yang pertama adalah Sundown Marathon 2 minggu yang lalu. Ceritanya gw lagi radang tenggorokan separoh sembuh. Terus nomor lari? 42 km full marathon. Ya waktu itu gw pikir, sudahlah lari2 sedikit saja, masih bisa lah 6 jam finish.
Cukup susah memang, lari seperti ibu2 hamil, sedikit2 oek2 mau muntah. 5km lewat, 10km lewat dengan sukses. Menjelang 17 km kaki mulai sakit.
Di km 23-24 ketika benar2 mulai tidak tahan, baru berhenti dan melihat kondisi kaki. Alamak!
Kaki rata gw benar2 ga bisa dipakai jalan jauh.
Gw pake kaos kaki lari yang tebalnya tiga lapisan, tiga2 lapisnya bolong!
Karena kaki gw rata, pronasi-nya ga bener, jadi sepanjang lari sebelumnya, berat badan bertumpu di titik itu2 saja, namely di bagian bawah dekat jempol kaki.
Karena di daerah situ pedih, makin ga bener saja posisi badan saat lari. Dan akhirnya efek buruk merambat ke otot paha dan pinggul.
Dan sebenarnya bagian itu sudah bergelembung. Tapi karena terus dipakai jalan/lari, cairannya lari ke samping jempol kaki, dan bergelembung di sana. Jadi bagian bawah sakit, bagian samping terasa aneh karena gelembungnya mendesak di dalam sepatu. Tambah ga bener saja posisi pas jalan. Dan akhirnya otot paha dan betis tegang ga karuan.
Nyaris pingin menyerah, udah kaki sakit, radang tenggorokan pula.
Tapi masa sih menyerah? Ya setidaknya bisalah jalan pulang.
Dan berjalanlah dengan penuh penderitaan.
Dari target 6 jam finish dengan lari2 santai melorot hingga 8 jam 45 menit. Nyaris sedikit lagi cut off point di 9 jam.
Dan kaki total betul2 sakit sehingga susah dipakai jalan.
Seninnya gw ngantor dengan terpincang2. Untuk kerja di kantor ga pake jalan2.
Dan gw hanya punya waktu dua minggu untuk recovery kaki.
Next adalah lanjutan dari Tri-Factor series untuk sepeda. Nomor yang diambil adalah.. 60 km sepeda.
Tapi total jarak untuk kaki gw adalah 100+ km. Karena perlu perjalanan dari rumah ke Changi Coast Road sekitar 20+ km dan pulang juga 20+ km.
Dan kaki baru fully recovered 3 hari belakangan ini.
Dan hasilnya...bwahahaha..ketawa deh...
5 dari buntut =)). Cuma dapet 9 poin dibandingkan sama renang yang dapet 150 poin.
Dan 40 km pertama ditempuh dalam waktu 1 jam 49 menit, bandingkan dengan OCBC Cycle yang cuma 1 jam 33 menit.
Dan OCBC Cycle gw sepedaan dengan rem belakang nyerempet ban.
20 km perjalanan pergi dari rumah benar2 makan stamina.
Dan lagi 95% peserta on road bike. Dan setelah selama ini sepedaan gw merasa limit si Kona paling hanya 25-28 km/jam. Olahraga ini ketergantungan peralatannya cukup tinggi (makanya gw suka renang..huhuhuhu).
Ban slick jelas lebih ringan dari ban knobby di jalan.
Ke depannya gw bakal lebih serius mempertimbangkan road bike. Bukannya apa, masalah distance yang harus di-cover. MTB rada susah untuk jarak segini. Punggung gw sampe sakit... pingin drop down bar euy.
Apakah dua event ini gagal.. ya bisa dibilang begitu. Tapi gw dapat pengalaman juga.
Tri-Factor series masih sisa dua lagi, lari 21 km, dan triathlon.
Dan gw bakal aim untuk next Standard Chartered Marathon.
Adidas King of the Road Indonesia leg seems interesting, tapi belum ada webnya sampe sekarang. Dari kalendernya sih bisa masuk.
Ga peduli mau kaki bentuknya kaya apa....tapi kalo gagal, ya coba dan coba lagi.. =D
Akhir-akhir ini dihujani banyak kegagalan, entahlah jadi sulit memaafkan diri sendiri.
Yang pertama adalah Sundown Marathon 2 minggu yang lalu. Ceritanya gw lagi radang tenggorokan separoh sembuh. Terus nomor lari? 42 km full marathon. Ya waktu itu gw pikir, sudahlah lari2 sedikit saja, masih bisa lah 6 jam finish.
Cukup susah memang, lari seperti ibu2 hamil, sedikit2 oek2 mau muntah. 5km lewat, 10km lewat dengan sukses. Menjelang 17 km kaki mulai sakit.
Di km 23-24 ketika benar2 mulai tidak tahan, baru berhenti dan melihat kondisi kaki. Alamak!
Kaki rata gw benar2 ga bisa dipakai jalan jauh.
Gw pake kaos kaki lari yang tebalnya tiga lapisan, tiga2 lapisnya bolong!
Karena kaki gw rata, pronasi-nya ga bener, jadi sepanjang lari sebelumnya, berat badan bertumpu di titik itu2 saja, namely di bagian bawah dekat jempol kaki.
Karena di daerah situ pedih, makin ga bener saja posisi badan saat lari. Dan akhirnya efek buruk merambat ke otot paha dan pinggul.
Dan sebenarnya bagian itu sudah bergelembung. Tapi karena terus dipakai jalan/lari, cairannya lari ke samping jempol kaki, dan bergelembung di sana. Jadi bagian bawah sakit, bagian samping terasa aneh karena gelembungnya mendesak di dalam sepatu. Tambah ga bener saja posisi pas jalan. Dan akhirnya otot paha dan betis tegang ga karuan.
Nyaris pingin menyerah, udah kaki sakit, radang tenggorokan pula.
Tapi masa sih menyerah? Ya setidaknya bisalah jalan pulang.
Dan berjalanlah dengan penuh penderitaan.
Dari target 6 jam finish dengan lari2 santai melorot hingga 8 jam 45 menit. Nyaris sedikit lagi cut off point di 9 jam.
Dan kaki total betul2 sakit sehingga susah dipakai jalan.
Seninnya gw ngantor dengan terpincang2. Untuk kerja di kantor ga pake jalan2.
Dan gw hanya punya waktu dua minggu untuk recovery kaki.
Next adalah lanjutan dari Tri-Factor series untuk sepeda. Nomor yang diambil adalah.. 60 km sepeda.
Tapi total jarak untuk kaki gw adalah 100+ km. Karena perlu perjalanan dari rumah ke Changi Coast Road sekitar 20+ km dan pulang juga 20+ km.
Dan kaki baru fully recovered 3 hari belakangan ini.
Dan hasilnya...bwahahaha..ketawa deh...
5 dari buntut =)). Cuma dapet 9 poin dibandingkan sama renang yang dapet 150 poin.
Dan 40 km pertama ditempuh dalam waktu 1 jam 49 menit, bandingkan dengan OCBC Cycle yang cuma 1 jam 33 menit.
Dan OCBC Cycle gw sepedaan dengan rem belakang nyerempet ban.
20 km perjalanan pergi dari rumah benar2 makan stamina.
Dan lagi 95% peserta on road bike. Dan setelah selama ini sepedaan gw merasa limit si Kona paling hanya 25-28 km/jam. Olahraga ini ketergantungan peralatannya cukup tinggi (makanya gw suka renang..huhuhuhu).
Ban slick jelas lebih ringan dari ban knobby di jalan.
Ke depannya gw bakal lebih serius mempertimbangkan road bike. Bukannya apa, masalah distance yang harus di-cover. MTB rada susah untuk jarak segini. Punggung gw sampe sakit... pingin drop down bar euy.
Apakah dua event ini gagal.. ya bisa dibilang begitu. Tapi gw dapat pengalaman juga.
Tri-Factor series masih sisa dua lagi, lari 21 km, dan triathlon.
Dan gw bakal aim untuk next Standard Chartered Marathon.
Adidas King of the Road Indonesia leg seems interesting, tapi belum ada webnya sampe sekarang. Dari kalendernya sih bisa masuk.
Ga peduli mau kaki bentuknya kaya apa....tapi kalo gagal, ya coba dan coba lagi.. =D
Subscribe to:
Posts (Atom)