Ada anak kecil norak: "Ciaat... kebaikan pasti menang melawan kejahatan!"
Dalam hati: "ckckck...masih polos (baca: goblok) ini anak".
Kebaikan dan kejahatan bukanlah perkara absolut kebaikan dan kejahatan. Tapi meyakinkan masyarakat luas bagaimana baik dan jahat itu.
Jadi yang baik bisa jadi jahat dan yang jahat bisa jadi baik selama sosial menerima? Ya sudah tentu. Contoh saja hukuman mati, di satu sisi dunia bisa dianggap jahat dan tidak manusiawi, di satu sisi dunia lain... oh begitu baiknya untuk masyarakat, bahkan di-idam2-kan selalu.
Dan sebenarnya pengadilan pun adalah perkara bagaimana merepresentasikan dan meyakinkan dalam hal ini juri untuk berpihak ke salah satu pihak.
Adakah istilah yang baik menang melawan yang jahat? Tambah kentut lagi.
Memang di cerita2 jagoan yang baik selalu datang dan menghajar yang jahat. Dan akhirnya kejahatan hancur berantakan. Apakah artinya yang jahat kalah?
Inilah kerennya kejahatan. It will not win, but it will corrupt the champion. Pelajaran dari Diablo. Menurut perkataan Lord Acton: "Power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely. Great men are almost always bad men."
Champion, they all are powerful men and women. And every person has his/her own price, whatever it is.
Mungkin ada yang tidak terbeli, seperti nabi2, but well... They already ate the dust.
Jadi anak kecil yang bodoh, masihkah engkau berpihak kepada kebaikan?
Gw dari kecil selalu bercita2 jadi penjahat dan merancang monster2 yang akan menghancurkan dunia.
Jadi apakah kebaikan kalah?
Di sinilah anak kecil salah.
Kebaikan tidak menang dalam kemegahan. Nope it will not do. Dia akan menang dalam kesederhanaan dan kerendah-hatian dimana tidak ada seorang pun yang menyadari.
Kenapa begitu? Karena begitu dia besar... kembali dia akan corrupt dan menuju kejahatan.
Dan disinilah kesulitan menjadi orang baik, sehingga orang baik langka di dunia ini.
Thursday, September 29, 2011
Sunday, September 25, 2011
Film (Semi Porno) Indonesia!
Akhirnya satu maha karya lagi dari KKD yang telah lama ditunggu2 keluar juga: Pacar Hantu Perawan. Terkisah 'spoiler' tentang film ini telah lama mengguncang jagat pergosipan tanah air dengan berita 'nyeplak'-nya payudara salah satu aktris ternama tanah air. Dan kemudian tanggal penayangan film ini di pasar harus ditunda menunggu selesainya bulan Ramadhan.
Dan setelah bulan Ramadhan selesai, dan setan2 kembali dilepas bebas, maka film ini akan mengisi relung2 kehausan penggemar film di tanah air. Tidak tanggung2 dalam film ini KKD juga memasang nama 'mantan' aktris porno bule (yang harus diakui bahwa ehm.. 'properti kembar'-nya begitu menginspirasi) dan model dewasa Filipina.
Kenapa KKD begitu gemar memproduksi film dengan genre seperti 'ini'? Yang dimaksut dengan 'ini' adalah campur sari antara horor bosanan, kualitas 'properti' pemain yang asoy geboy, alur cerita yang tidak jelas, dan kualitas akting kelas amatir.
Dijawab oleh KKD dalam suatu kesempatan bahwa ia hanya memproduksi film yang laku di pasar, dan film2-nya sangat digemari oleh masyarakat pinggiran Jakarta, dan bahkan laku dalam bentuk DVD di kancah mancanegara.
Sudah tentu sebagai masyarakat Indonesia gw merasa berbangga hati.
Tapi juga bingung di satu sisi, ini selera film apa2-an? Tapi juga yaah.. yang namanya selera tidak bisa dipaksakan.
Teringat dulu ketika menonton Star Trek: First Contact. Astaga naga.. jumlah penonton di dalam bioskop bisa dihitung dengan jari tangan! Padahal gw waktu itu nontonnya di awal2 penayangan. Dan padahal juga di film ini Kapten Picard dengan terkenalnya berkata: "The line must be drawn here!" Memang waktu itu gw juga nonton sendiri karena teman2 pada "pusing" pas diajak nonton Star Trek, katanya ceritanya memusingkan.
Ketika tinggal di Lampung dulu, alamak! Yang namanya bioskop 21 cuma muter film2 lokal. Begitu cinta tanah airnya sehingga setiap minggu gw terpaksa nonton film pocong dan kuntilanak.
Dan harus diakui terkadang interpretasi seorang terhadap film bisa berbeda dengan orang lainnya.
Ketika menonton film cinta religi terkenal berjudul "Ayat-ayat Cinta". Gw sempet terheran2 dengan bapak2 yang sraaat-sroooot...... duduk di sebelah gw, berkumis pula. Begitu gw tanya dengan teman gw yang wanita, malah gw dibilangin "Tidak mengerti arti cinta sejati."
Excuse me! Yang gw lihat adalah jelas2 pasangan yang memperalat seorang wanita sakit. Semacam: "Ya udahlah gw rela berbagi sama kamu sepiring berdua daripada masakan semuanya angus dan ga kemakan, toh lu (untungnya) mati juga". Cinta sejati dari Hongkong! Itu jelas2 cinta dengan intention.
Aneh memang, mungkin jalan pemikiran tidak sama dengan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Dan gw bertanya2 mengapa film2 yang notabene "agak" bermutu, dan sopan2 saja seperti "?" dan 2012 begitu gencar dikecam, bahkan majelis keagamaan ternama perlu turun tangan mengeluarkan "rekomendasi"-nya.
Film memang membawa cerita dan ide (dengan eksepsi film2 KKD). Dan alangkah baiknya masyarakat menjadi pintar bersama daripada sekelompok orang yang mengaku pintar mendikte orang lain yang "kurang" pintar.
Kalau begini ya jadinya bego semua....
Film2 Indonesia yang bagus sebenarnya membawa nilai2 yang melawan arus:
Arisan, AADC, Laskar Pelangi, Gie, dan bahkan Jelangkung.
Ada yang salah? Tidak.. justru hal2 inilah yang membuat film menjadi menarik.
Untuk saat ini mari kita berandai2.. artis porno mana lagi yang akan tayang di tanah air. Dan mungkin hanya satu kata untuk menggambarkan masyarakat Indonesia: "munafik".
Dan setelah bulan Ramadhan selesai, dan setan2 kembali dilepas bebas, maka film ini akan mengisi relung2 kehausan penggemar film di tanah air. Tidak tanggung2 dalam film ini KKD juga memasang nama 'mantan' aktris porno bule (yang harus diakui bahwa ehm.. 'properti kembar'-nya begitu menginspirasi) dan model dewasa Filipina.
Kenapa KKD begitu gemar memproduksi film dengan genre seperti 'ini'? Yang dimaksut dengan 'ini' adalah campur sari antara horor bosanan, kualitas 'properti' pemain yang asoy geboy, alur cerita yang tidak jelas, dan kualitas akting kelas amatir.
Dijawab oleh KKD dalam suatu kesempatan bahwa ia hanya memproduksi film yang laku di pasar, dan film2-nya sangat digemari oleh masyarakat pinggiran Jakarta, dan bahkan laku dalam bentuk DVD di kancah mancanegara.
Sudah tentu sebagai masyarakat Indonesia gw merasa berbangga hati.
Tapi juga bingung di satu sisi, ini selera film apa2-an? Tapi juga yaah.. yang namanya selera tidak bisa dipaksakan.
Teringat dulu ketika menonton Star Trek: First Contact. Astaga naga.. jumlah penonton di dalam bioskop bisa dihitung dengan jari tangan! Padahal gw waktu itu nontonnya di awal2 penayangan. Dan padahal juga di film ini Kapten Picard dengan terkenalnya berkata: "The line must be drawn here!" Memang waktu itu gw juga nonton sendiri karena teman2 pada "pusing" pas diajak nonton Star Trek, katanya ceritanya memusingkan.
Ketika tinggal di Lampung dulu, alamak! Yang namanya bioskop 21 cuma muter film2 lokal. Begitu cinta tanah airnya sehingga setiap minggu gw terpaksa nonton film pocong dan kuntilanak.
Dan harus diakui terkadang interpretasi seorang terhadap film bisa berbeda dengan orang lainnya.
Ketika menonton film cinta religi terkenal berjudul "Ayat-ayat Cinta". Gw sempet terheran2 dengan bapak2 yang sraaat-sroooot...... duduk di sebelah gw, berkumis pula. Begitu gw tanya dengan teman gw yang wanita, malah gw dibilangin "Tidak mengerti arti cinta sejati."
Excuse me! Yang gw lihat adalah jelas2 pasangan yang memperalat seorang wanita sakit. Semacam: "Ya udahlah gw rela berbagi sama kamu sepiring berdua daripada masakan semuanya angus dan ga kemakan, toh lu (untungnya) mati juga". Cinta sejati dari Hongkong! Itu jelas2 cinta dengan intention.
Aneh memang, mungkin jalan pemikiran tidak sama dengan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Dan gw bertanya2 mengapa film2 yang notabene "agak" bermutu, dan sopan2 saja seperti "?" dan 2012 begitu gencar dikecam, bahkan majelis keagamaan ternama perlu turun tangan mengeluarkan "rekomendasi"-nya.
Film memang membawa cerita dan ide (dengan eksepsi film2 KKD). Dan alangkah baiknya masyarakat menjadi pintar bersama daripada sekelompok orang yang mengaku pintar mendikte orang lain yang "kurang" pintar.
Kalau begini ya jadinya bego semua....
Film2 Indonesia yang bagus sebenarnya membawa nilai2 yang melawan arus:
Arisan, AADC, Laskar Pelangi, Gie, dan bahkan Jelangkung.
Ada yang salah? Tidak.. justru hal2 inilah yang membuat film menjadi menarik.
Untuk saat ini mari kita berandai2.. artis porno mana lagi yang akan tayang di tanah air. Dan mungkin hanya satu kata untuk menggambarkan masyarakat Indonesia: "munafik".
Thursday, September 15, 2011
Tanda-tanda
Akhir jaman sudah dekat? Yup setidaknya bagi Pos Indonesia.
Masih ingat penerbitan perangko bersama Indonesia-Malaysia bulan Agustus lalu?
Kebetulan gw mengadakan perjanjian dengan rekan di Malaysia untuk saling bertukar perangko (penting sih kaga, ya tapi demi pertemanan lah...).
Jadi ketika ketemu bonyok di Malaysia gw minta tolong dibawain paket kiriman filateli terakhir.
Dan hasilnya? Ini perbandingannya:
Don't worry gw cukup profesional. Dua-duanya gw ambil dari miniature sheet, dan gw scan dengan setting yang sama.
Kesalahan FATAL! Ini apa2-an?!?! Kurang tinta apa? Demi harga diri bangsa mending jangan maen2 deh di joint issue seperti ini. Aduh malu aku malu...pada semut merah...
Awalnya gw pikir koq aneh karena gw nyaris ngga bisa baca nama latin ayam merah di perangko Indo (Gallus gallus). Harus dilihat dekaaaaaat sekali. Padahal melihat yang versi Malaysia koq rasanya gampang2 saja (soalnya gw akuisisi sheet Malaysia duluan).
Dan tampaknya gejala kurang tinta bukan cuma pada edisi ini saja. Datang bersama paket itu, sampul hari pertama lain untuk edisi sebelumnya: Gemarikan (Gemar Makan Ikan). Pas sebelum membeli saja sudah mendengus, setelah melihat...ooh ingin menangis.
WT*? Nominal 5000 bo... kertas kecil imut, gambar blur2 (mungkin harus pakai kacamata 3D).
Sebagai perbandingan perangko Your Singapore hari terbit kemarin, setting scanner yang sama:
Kaga kebayang ada negara dengan "colour scheme" segila Indonesia. Dan sebagai perbandingan nilai: 1st local di Singapur = 0.26 SGD = Rp. 1820 (dengan kurs 7000). Jadi ada cerita kemurahan?
Padahal filateli sekarang sudah semakin langka. Pos2 di seluruh dunia juga sudah menyadari bahwa harus menarik minat anak2 muda sekarang, atau punah sama sekali.
Mayoritas filatelis sekarang adalah orang2 tua, atau orang2 yang mengunjungi kembali hobi masa kecilnya (seperti gw).
Dan kalau perangko2-nya model murahan gitu? Aduh...
Entah kenapa dengan Pos Indonesia. Padahal dulu bagus loh.
Kemarin gw mengawasi ebay untuk satu item legendaris Pos Indonesia: WWF 1989 (Pongo pygmaeus).
Sold for $US103! Not to me...hiks... already above my budget at US100. Dan bahkan pemenangnya add bid di detik2 terakhir lagi... benar2 agresif.
Perangko is ok, but the souvenir sheets worth really2 alot. Dan untuk kasus ini ditambah lagi post mark dan registered mail.
Honestly speaking, perangkonya benar2 cantik dan elegan. Dan yang jelas tidak kurang tinta.
Masih ingat penerbitan perangko bersama Indonesia-Malaysia bulan Agustus lalu?
Kebetulan gw mengadakan perjanjian dengan rekan di Malaysia untuk saling bertukar perangko (penting sih kaga, ya tapi demi pertemanan lah...).
Jadi ketika ketemu bonyok di Malaysia gw minta tolong dibawain paket kiriman filateli terakhir.
Dan hasilnya? Ini perbandingannya:
Don't worry gw cukup profesional. Dua-duanya gw ambil dari miniature sheet, dan gw scan dengan setting yang sama.
Kesalahan FATAL! Ini apa2-an?!?! Kurang tinta apa? Demi harga diri bangsa mending jangan maen2 deh di joint issue seperti ini. Aduh malu aku malu...pada semut merah...
Awalnya gw pikir koq aneh karena gw nyaris ngga bisa baca nama latin ayam merah di perangko Indo (Gallus gallus). Harus dilihat dekaaaaaat sekali. Padahal melihat yang versi Malaysia koq rasanya gampang2 saja (soalnya gw akuisisi sheet Malaysia duluan).
Dan tampaknya gejala kurang tinta bukan cuma pada edisi ini saja. Datang bersama paket itu, sampul hari pertama lain untuk edisi sebelumnya: Gemarikan (Gemar Makan Ikan). Pas sebelum membeli saja sudah mendengus, setelah melihat...ooh ingin menangis.
WT*? Nominal 5000 bo... kertas kecil imut, gambar blur2 (mungkin harus pakai kacamata 3D).
Sebagai perbandingan perangko Your Singapore hari terbit kemarin, setting scanner yang sama:
Kaga kebayang ada negara dengan "colour scheme" segila Indonesia. Dan sebagai perbandingan nilai: 1st local di Singapur = 0.26 SGD = Rp. 1820 (dengan kurs 7000). Jadi ada cerita kemurahan?
Padahal filateli sekarang sudah semakin langka. Pos2 di seluruh dunia juga sudah menyadari bahwa harus menarik minat anak2 muda sekarang, atau punah sama sekali.
Mayoritas filatelis sekarang adalah orang2 tua, atau orang2 yang mengunjungi kembali hobi masa kecilnya (seperti gw).
Dan kalau perangko2-nya model murahan gitu? Aduh...
Entah kenapa dengan Pos Indonesia. Padahal dulu bagus loh.
Kemarin gw mengawasi ebay untuk satu item legendaris Pos Indonesia: WWF 1989 (Pongo pygmaeus).
Sold for $US103! Not to me...hiks... already above my budget at US100. Dan bahkan pemenangnya add bid di detik2 terakhir lagi... benar2 agresif.
Perangko is ok, but the souvenir sheets worth really2 alot. Dan untuk kasus ini ditambah lagi post mark dan registered mail.
Honestly speaking, perangkonya benar2 cantik dan elegan. Dan yang jelas tidak kurang tinta.
Monday, September 12, 2011
Imagine
Sejak jaman dahulu kala (sebelum gw lahir soalnya), seorang musisi legendaris menyanyikan lagu yang legendaris: Imagine.
Salah satu lagu bule pertama yang membuat gw semangat belajar bahasa Inggris.
Dan salah satu hal yang disebut untuk dicoret dalam lagu tsb adalah.. well lirik aslinya:
"....
And no religion too
....
"
Penjelasan? Well diambil dari sini:
John Lennon, singer. Famously sang "and no religion too" in his song, "Imagine". Lennon commented that the song was "an anti-religious, anti-nationalistic, anti-conventional, anti-capitalistic song, but because it's sugar-coated, it's accepted." However, John Lennon also later stated "I'm not anti-God, anti-Christ or anti-religion. I was not saying we are greater or better. I believe in God, but not as one thing, not as an old man in the sky. I'm sorry I said it, really."
Yang mana kemudian banyak diartikan orang2 bahwa yang dimaksud John Lennon adalah no ORGANIZED religion too. Bahwa dunia lebih baik tanpa organized religion.
Sayangnya dalam hal ini gw setuju. Gw tidak percaya bahwa ada satu orang yang lebih mengerti tentang Tuhan sehingga dia bisa memimpin orang lain, dan bahkan lebih jauh dari itu, mendikte pola pikir dan segala tingkah lakunya.
Mau orang tersebut berdoa 28 jam sehari, hafal semua ayat kitab suci, pergi ke tempat suci 366 hari setahun. Apakah ini berarti orang tersebut lebih mengerti Tuhan? Bagi gw satu kata jawaban: No.
Jadi apakah kita perlu pemuka2 agama? Apakah untuk mengalami Tuhan kita perlu ke gereja setiap minggu? Ini adalah pertanyaan yang harus dijawab.
Bahwa tindak tanduk kita didasarkan pada interpretasi Tuhan oleh pemuka2 agama, dan komunitas instead of pemahaman pribadi kita sendiri akan Tuhan.
Dan mereka dengan cerdiknya menakut2i orang, jika pemahaman-mu tidak seperti ini, maka murtad, dosa, dan lain sebagainya?
Dan kita menjadi tidak percaya diri akan pemahaman pribadi kita akan Tuhan?
Kalau ada seorang mengatakan Tuhan itu jahat. Maka rame2 orang mengatakan.. "Huss jangan bilang begitu... Tuhan itu baik".
Apakah orang rame2 itu mengalami hidup seperti yang dijalani orang yang mengatakan Tuhan itu jahat? Sedetikpun tidak.
Kenapa tidak boleh mengatakan Tuhan itu jahat? Apa salahnya? Kalau memang jahat mengapa harus dikatakan baik?
Sayangnya seribu sayang, pola pikir keagamaan sekarang membuat orang ngikut saja dan malas berpikir hal2 seperti ini.
Bisa ditebak baunya kemana... kekuasaan. Dengan begitu pemuka agama punya kekuasaan, gereja juga punya kekuasaan. People give them the power, and they want to maintain it. Money? Hahaha.. ujung2-nya ke sana juga.
Di bawah organized religion, agama kembali menjadi monopoli dan alat permainan kekuasaan. Bukan lagi saluran vertikal bagi seseorang untuk intim dengan Tuhan. In fact orang2 besar dalam agama, mereka keluar dari organized religion. Tidak percaya? Ada satu contoh nama besar: Jesus.
??? Silahkan lihat bagaimana Dia keluar dari mainstream Judaism pada masa itu.
The world is a better place without organized religion. And I am a dreamer too...
Salah satu lagu bule pertama yang membuat gw semangat belajar bahasa Inggris.
Dan salah satu hal yang disebut untuk dicoret dalam lagu tsb adalah.. well lirik aslinya:
"....
And no religion too
....
"
Penjelasan? Well diambil dari sini:
John Lennon, singer. Famously sang "and no religion too" in his song, "Imagine". Lennon commented that the song was "an anti-religious, anti-nationalistic, anti-conventional, anti-capitalistic song, but because it's sugar-coated, it's accepted." However, John Lennon also later stated "I'm not anti-God, anti-Christ or anti-religion. I was not saying we are greater or better. I believe in God, but not as one thing, not as an old man in the sky. I'm sorry I said it, really."
Yang mana kemudian banyak diartikan orang2 bahwa yang dimaksud John Lennon adalah no ORGANIZED religion too. Bahwa dunia lebih baik tanpa organized religion.
Sayangnya dalam hal ini gw setuju. Gw tidak percaya bahwa ada satu orang yang lebih mengerti tentang Tuhan sehingga dia bisa memimpin orang lain, dan bahkan lebih jauh dari itu, mendikte pola pikir dan segala tingkah lakunya.
Mau orang tersebut berdoa 28 jam sehari, hafal semua ayat kitab suci, pergi ke tempat suci 366 hari setahun. Apakah ini berarti orang tersebut lebih mengerti Tuhan? Bagi gw satu kata jawaban: No.
Jadi apakah kita perlu pemuka2 agama? Apakah untuk mengalami Tuhan kita perlu ke gereja setiap minggu? Ini adalah pertanyaan yang harus dijawab.
Bahwa tindak tanduk kita didasarkan pada interpretasi Tuhan oleh pemuka2 agama, dan komunitas instead of pemahaman pribadi kita sendiri akan Tuhan.
Dan mereka dengan cerdiknya menakut2i orang, jika pemahaman-mu tidak seperti ini, maka murtad, dosa, dan lain sebagainya?
Dan kita menjadi tidak percaya diri akan pemahaman pribadi kita akan Tuhan?
Kalau ada seorang mengatakan Tuhan itu jahat. Maka rame2 orang mengatakan.. "Huss jangan bilang begitu... Tuhan itu baik".
Apakah orang rame2 itu mengalami hidup seperti yang dijalani orang yang mengatakan Tuhan itu jahat? Sedetikpun tidak.
Kenapa tidak boleh mengatakan Tuhan itu jahat? Apa salahnya? Kalau memang jahat mengapa harus dikatakan baik?
Sayangnya seribu sayang, pola pikir keagamaan sekarang membuat orang ngikut saja dan malas berpikir hal2 seperti ini.
Bisa ditebak baunya kemana... kekuasaan. Dengan begitu pemuka agama punya kekuasaan, gereja juga punya kekuasaan. People give them the power, and they want to maintain it. Money? Hahaha.. ujung2-nya ke sana juga.
Di bawah organized religion, agama kembali menjadi monopoli dan alat permainan kekuasaan. Bukan lagi saluran vertikal bagi seseorang untuk intim dengan Tuhan. In fact orang2 besar dalam agama, mereka keluar dari organized religion. Tidak percaya? Ada satu contoh nama besar: Jesus.
??? Silahkan lihat bagaimana Dia keluar dari mainstream Judaism pada masa itu.
The world is a better place without organized religion. And I am a dreamer too...
Sunday, September 11, 2011
Smurf
Smurf is on the big screen!
Tapi apakah ada yang tahu berapa umur Smurf?? Tebakan pintar gw adalah 53 tahun! Karena 2008 adalah 50 tahun Smurf.
Dari Belgia, negara yang cukup "fanatik" dengan perangko2 kartun. Sayangnya gw ga punya yang Tintin >.<. Kaga ada teman lagi buat dititipin, sementara beli di secondary market mahalnya minta ampun.
Tapi apakah ada yang tahu berapa umur Smurf?? Tebakan pintar gw adalah 53 tahun! Karena 2008 adalah 50 tahun Smurf.
Dari Belgia, negara yang cukup "fanatik" dengan perangko2 kartun. Sayangnya gw ga punya yang Tintin >.<. Kaga ada teman lagi buat dititipin, sementara beli di secondary market mahalnya minta ampun.
Indahnya Malaysia (?)
Ini weekend pertama setelah combo 2 weekend mondar mandir Singapur-Malaysia. Lumayanlah bisa nyante dan taroh perut sekejap.
Libur lebaran kemarin harus nemenin bokap dan nyokap ke Melaka-KL-Genting-Melaka dan berakhir dengan operasi prostat kedua di Melaka. So akhirnya gw tinggal mereka di Melaka, dan hari Sabtu kemarin mereka baru pulang ke Jakarta.
Cape? Combo weekend sebelum libur lebaran, gw baru pulang dari Penang-Ipoh-Penang. Duhai...
Dan si bokap, pertama kali ke Malaysia, berkata: bagus juga yah Malaysia. Dan nyokap gw langsung nyeletuk kalau gw pernah bilang kalau suatu saat bagus juga pensiun di Malaysia.
Sedikit gambaran... gw ga ada sedikitpun gambaran tentang KL, tapi gw survive naik bus dari Singapur ke KL dan kemudian ke KLIA. Sebagian besar trip dengan ortu pun kita naik transportasi umum instead taksi (hanya dua kali naik taksi dari KLIA-Melaka, dan KL-Genting). Gw pulang dari Melaka ke Sing pun naik bus saja.
Bayangkan kalau ada teman gw nyampe di Jakarta (Pulo Gadung misalnya) dan dia mau ke Bandara Soekarno-Hatta naik public transport. Astaga ampyun.... gw ga kebayang ngasih tau direction-nya. Paling harus naik bus way ke Gambir terus nyambung bus Damri yang syukur2 ada ke Bandara. Intinya... you don't want to mess with Jakarta public transportation system. It's only for the expert and strong hearted one!
Sama2 kota metropolitan, tapi yang satu tidak ada satupun kebijakan publik yang jalan (tebak yang mana).
Dan kemarin kita ngomong2 dengan teman dari Malaysia juga. Gw ngomong: you times Malaysia two and you got Indonesia. Dan dia ngomong: Times two? Where got?
Eh? Gw memang ga update populasi Malaysia, tapi gw update populasi Indonesia: 230 juta!
Dan begitu cek populasi Malaysia...eeek! Kali sembilan sampai sepuluh kali.
Olala....tidak heran kita eksportir pembantu ke negara orang. Istilah kerennya tenaga kerja instead of human trafficking. Padahal sih sebenernya bau2-nya ya begitu juga.
Di perbincangan yang lain, gw ngomong kalau sebenarnya gw masih pingin balik ke Indonesia, 'coz I love Indonesia.
Dan ada yang bertanya: Kalau seandainya gw punya keluarga, dan segala sesuatu bukan lagi tentang gw, dimana tempat yang gw mau untuk membesarkan anak2 dan keluarga gw?
Hyuks.... dengan berat hati dan sejujur2-nya gw menjawab... bukan Indonesia.
Malaysia saja punya General Certificate of Education (GCE) yang notabene dibawah pengawasan Inggris sono. Sementara Indonesia masih pontang panting dengan UN mau 4.5 keq, mau 5 keq, mau 5.5 keq. Rasanya udah mau kiamat... pake doa2 massal segala.
Plis deh...
Ok lah dulu Ebtanas gw juga mepet2 ga lulus.. kira2 6 koma tapi untuk PPKN dan B. Indonesia. Dua2nya ga penting binti ke laut. Don't care!
Dan menurut gw bahasa Indonesia lebih sulit dari bahasa Inggris.. gara2? Pengajarannya ga terstruktur. Satu guru bisa ngomong A, guru lain bisa ngomong B. Konferensi bahasa Indonesia yang dulu bikin "KBBI" sudah ga pernah kedengeran lagi. Yah lama2 ganti bahasa 4l4y dan gaoul.
PPKN apalagi yuuk...
Apakah serta merta Indonesia kalah? Huh.. no way!
Gw kemarin sempat berbangga hati karena orang Malaysia ga tau Tony Roma's! Gw kaget sekaget2-nya! Hah! Kaga tau Tony Roma's?!?!
Kayanya gara2 mereka serve pork deh... tapi masa sampe sebegitunya. Di Indo aja: di Jakarta ada satu, di Bandung ada satu.
Dan kata mereka yup sebegitunya. Dan mereka bercerita bagaimana Pocky di Malaysia harus berganti nama jadi Rocky semata2 karena Pocky berbunyi seperti "Porky".
Padahal gw bingung juga dengan Malaysia. Gw pernah liat ada keluarga berbuka puasa di TGIF. Plis deh... walaupun mereka ga serve pork, tapi kaga liat apa meja gw pada ada wine dan whiskey? I don't expect that same behaviour to happen in Indonesia.
Tapi ada tiga tempat lagi yang jadi inceran gw, dan belum ada kesempatan melihat: Vietnam, Thailand dan Australi (dua dari tiga ini udah produksi bokep profesional loooh). Dan maksut gw melihat adalah bukan semata2 jadi turis. Tapi terlibat dalam pekerjaan dan daily life.
Mungkin di sana lebih bagus?
Libur lebaran kemarin harus nemenin bokap dan nyokap ke Melaka-KL-Genting-Melaka dan berakhir dengan operasi prostat kedua di Melaka. So akhirnya gw tinggal mereka di Melaka, dan hari Sabtu kemarin mereka baru pulang ke Jakarta.
Cape? Combo weekend sebelum libur lebaran, gw baru pulang dari Penang-Ipoh-Penang. Duhai...
Dan si bokap, pertama kali ke Malaysia, berkata: bagus juga yah Malaysia. Dan nyokap gw langsung nyeletuk kalau gw pernah bilang kalau suatu saat bagus juga pensiun di Malaysia.
Sedikit gambaran... gw ga ada sedikitpun gambaran tentang KL, tapi gw survive naik bus dari Singapur ke KL dan kemudian ke KLIA. Sebagian besar trip dengan ortu pun kita naik transportasi umum instead taksi (hanya dua kali naik taksi dari KLIA-Melaka, dan KL-Genting). Gw pulang dari Melaka ke Sing pun naik bus saja.
Bayangkan kalau ada teman gw nyampe di Jakarta (Pulo Gadung misalnya) dan dia mau ke Bandara Soekarno-Hatta naik public transport. Astaga ampyun.... gw ga kebayang ngasih tau direction-nya. Paling harus naik bus way ke Gambir terus nyambung bus Damri yang syukur2 ada ke Bandara. Intinya... you don't want to mess with Jakarta public transportation system. It's only for the expert and strong hearted one!
Sama2 kota metropolitan, tapi yang satu tidak ada satupun kebijakan publik yang jalan (tebak yang mana).
Dan kemarin kita ngomong2 dengan teman dari Malaysia juga. Gw ngomong: you times Malaysia two and you got Indonesia. Dan dia ngomong: Times two? Where got?
Eh? Gw memang ga update populasi Malaysia, tapi gw update populasi Indonesia: 230 juta!
Dan begitu cek populasi Malaysia...eeek! Kali sembilan sampai sepuluh kali.
Olala....tidak heran kita eksportir pembantu ke negara orang. Istilah kerennya tenaga kerja instead of human trafficking. Padahal sih sebenernya bau2-nya ya begitu juga.
Di perbincangan yang lain, gw ngomong kalau sebenarnya gw masih pingin balik ke Indonesia, 'coz I love Indonesia.
Dan ada yang bertanya: Kalau seandainya gw punya keluarga, dan segala sesuatu bukan lagi tentang gw, dimana tempat yang gw mau untuk membesarkan anak2 dan keluarga gw?
Hyuks.... dengan berat hati dan sejujur2-nya gw menjawab... bukan Indonesia.
Malaysia saja punya General Certificate of Education (GCE) yang notabene dibawah pengawasan Inggris sono. Sementara Indonesia masih pontang panting dengan UN mau 4.5 keq, mau 5 keq, mau 5.5 keq. Rasanya udah mau kiamat... pake doa2 massal segala.
Plis deh...
Ok lah dulu Ebtanas gw juga mepet2 ga lulus.. kira2 6 koma tapi untuk PPKN dan B. Indonesia. Dua2nya ga penting binti ke laut. Don't care!
Dan menurut gw bahasa Indonesia lebih sulit dari bahasa Inggris.. gara2? Pengajarannya ga terstruktur. Satu guru bisa ngomong A, guru lain bisa ngomong B. Konferensi bahasa Indonesia yang dulu bikin "KBBI" sudah ga pernah kedengeran lagi. Yah lama2 ganti bahasa 4l4y dan gaoul.
PPKN apalagi yuuk...
Apakah serta merta Indonesia kalah? Huh.. no way!
Gw kemarin sempat berbangga hati karena orang Malaysia ga tau Tony Roma's! Gw kaget sekaget2-nya! Hah! Kaga tau Tony Roma's?!?!
Kayanya gara2 mereka serve pork deh... tapi masa sampe sebegitunya. Di Indo aja: di Jakarta ada satu, di Bandung ada satu.
Dan kata mereka yup sebegitunya. Dan mereka bercerita bagaimana Pocky di Malaysia harus berganti nama jadi Rocky semata2 karena Pocky berbunyi seperti "Porky".
Padahal gw bingung juga dengan Malaysia. Gw pernah liat ada keluarga berbuka puasa di TGIF. Plis deh... walaupun mereka ga serve pork, tapi kaga liat apa meja gw pada ada wine dan whiskey? I don't expect that same behaviour to happen in Indonesia.
Tapi ada tiga tempat lagi yang jadi inceran gw, dan belum ada kesempatan melihat: Vietnam, Thailand dan Australi (dua dari tiga ini udah produksi bokep profesional loooh). Dan maksut gw melihat adalah bukan semata2 jadi turis. Tapi terlibat dalam pekerjaan dan daily life.
Mungkin di sana lebih bagus?
Subscribe to:
Posts (Atom)