Saturday, February 25, 2012

Changi Airport (T3)

Suatu ketika di SHIA, habis check in di konter Singa Udara, gw mendengar anak kecil mengeluh kepada ibunya di antrian sebelah. Intinya dia mau cepat2 sampai di Changi Airport. Pas gw liat passport mereka...ooh pantesan...passport merah soalnya.

Changi Airport, lebih tua 4 tahun dari SHIA, bermula dari ambisi untuk menjadi aviation hub di South East Asia. Ambisi yang benar2 terjadi dan well deserved. Sri Mulyani pun pergi ke Washington D.C. melalui airport ini.
Sekarang Changi bersaing dengan Hongkong Intl Airport dan Incheon Airport untuk menjadi world's best airport. Yup 3 besar semuanya di Asia.
Sekedar catatan rasa2-nya KLIA masuk sepuluh besar (mari jangan tanyakan peringkat berapakah SHIA).

Sekarang Changi Airport menyumbang setidaknya 9% dari GDP Singapura. Walaupun GDP Singapura hanya 1/3 dari GDP Indonesia, tapi patut dicatat bahwa pendapatan per-kapita Singapura adalah yang tertinggi di South East Asia. Dan pemerintah Singapura sepertinya serius menangani Changi Airport. Dari bertahun-tahun lalu tidak henti2-nya selalu ada proyek di Changi Airport.

Terminal terbaru: Terminal 3 selesai tahun 2008. Salah satu alasan utama pembangunan adalah untuk menangani Airbus A380, pesawat penumpang terbesar saat ini.

Dan terminal ini adalah marvel of engineering itself. Untuk deskripsi lebih lanjut gw serahkan ke video berikut:


Bagaimana dilihat dari dalam? Pas ke SUZ kemaren untung2nya sempat masuk ke Terminal 3. Jarang2 sih pakai full fare airlines >.< (bangkrut boo). Dan kalaupun pakai Singapore Airlines, untuk penerbangan South East Asia dilempar ke Silk Air, dan itu pakai Terminal 2.



Ada kolam koi...


Dan dengan ambisi untuk menjadi garden city, di dalam airport pun ditaroh butterfly garden...


Dan ada tanaman favorit gw: kantong semar! Walaupun ini banyak di pameran kebon di Indo, tapi jarang2 ada yang bawa masuk airport!


Jadi kesimpulannya negara satu pulau ini menang predikat pelabuhan tersibuk di dunia dan salah satu tiga besar airport terbaik di dunia.

Pendapat gw pribadi sih sebenarnya apa sih yang salah dari SHIA? Yang salah adalah pemerintah kita tidak bisa memprediksi perkembangan lalu lintas udara yang bakal terjadi. Sadarnya sudah ketika airport menjadi over-congested seperti sekarang, dan baru datang dengan "grand plan". Ya jelas sudah sangat2 terlambat. Lalu lintas sudah macet ke mana2, taksi seperti lalat ijo, terminal overcrowded, toilet ada kecoa... tapi ya begitulah.
Sekedar info lagi: Changi Airport tax sekitar SGD 28 (1 SGD kira2 7000 Rp), dan Soekarno-Hatta airport tax untuk International Flight = Rp. 150.000,00. Beda kira2 50rb dengan totally different experience.

Wednesday, February 22, 2012

Ke Negeri Cina

Kemarin2 disuruh kerja ke Cina, alkisah klien punya pabrik di Suzhou, jadi harus berkunjunglah ke sana. Bukan pertama kali ke Cina, tapi pertama kali SENDIRIAN ke Cina.

Tanah air tuh? Kentuuut.. secara Indonesia masih tanah air beta pusaka abadi nan jaya dan seterusnya...

Ya kalau anak orang lain (ada teman gereja yang kerja ke Astr* juga pernah tugas ke Cina) pake persiapan les2 segala, yah kalau gw kentut juga lah persiapannya. Namanya nasib campur males...

Pertama: gw ke situ kan atas undangan, ya mereka donk yang mati2-an menyesuaikan dengan gw. Masih bagus gw bisa ngomong Inggris wekekeke...

Kedua: orang Cina itu sekarang pintar2 dan maju2. Kalau mereka sungguh2 belajar...wush.. keren hasilnya. Ada saudara hasil didikan Hongkong. Kalau ngomong Inggris, alamak logat Inggris beneran. Kalau dibandingkan dengan kita2 yang Singlish2 ga jelas...astaga sepertinya kita2 ini ngomongnya sampah beneran.

Ketiga: alamak...masa orang Indo takut? Lambang negara masih burung garuda dan bukan burung perkutut.

Bo-nyok pontang-panting, secara gw ngasih tau hari ini besok berangkat...hahahaha! Pake acara nakut2-in segala: "Eh di Cina sono kalau ga bisa bahasa Cina ga bisa makan loh..."

Padahal gw udah cek di deket hotel ada KFC 24 jam, jadi ga takut la yaw =P.

Seperti biasa selalu sibuk liat2 shopping-an (tapi ga shopping karena ga ada duid) di Changi Airport, dan hanya muncul di ruang tunggu ketika sudah last call.


Ceritanya harus ke Shanghai dulu, dan dari Shanghai naek taksi 2 jam perjalanan baru nyampe Suzhou.

Seperti biasa selalu order duduk dekat jendela. Biar bisa liat2 dan kalau tidur iler-nya ga kena sebelah. Ada pemandangan yang menarik, kenapa awan yang ini muter2 seperti spiral. Badai-kah di bawah sana? Our Earth is really cool!


Bandara Pudong Shanghai sudah mirip Changi dan jangan dibandingkan dengan SHIA (demi harga diri bangsa pakai singkatan).


Kamar hotel...hoe...bagi gw sih berlebihan, mana gw tinggal sendiri lagi. Mungkin terlalu terbiasa tinggal di minimalis. Pake acara meja kerja dan kursi malas segala. Terus bantal-nya itu loh, ada 6 biji di atas tempat tidur, mau buat apa coba...


Daerah gw tinggal namanya Suzhou Industrial Park (SIP), sedikit terpisah dari kota Suzhou-nya sendiri. Tapi yang keren, ga berasa culture shock dengan Singapur! Hal yang terutama tentu kebersihannya. Bersih booooo.... memang Jakarta-dash-Indonesia raja jorok. Ngomongnya kebersihan bagian dari iman, nah ini orang ga beriman bisa lebih bersih dari sampeyan.


KFC-nya buka 24 jam.. tapi... aduhai... Satu hari gw beli, kentang gorengnya keasinan, hari lainnya kentang gorengnya ga pake garam. Mana ga ada sambel AB* lagi! Adanya saos tomat...oooh. Dandanan dan tampang gw boleh lah mirip orang Cina, tapi selera masih Sumatera (gaya ngomong juga Jawa)!


Cina surganya sepeda!

Disediakan tempat penyewaan sepeda buat keliling2 industrial park. Bayarnya sudah sistem kartu tap2 bow...kita punya busway aja masih sistem mba2.

Plus di jalan2 disediakan jalur khusus sepeda + sepeda motor + sepeda elektrik jadi satu. Di sini bawa sepeda motornya adem ayem tenteram. Ga belingsetan kaya di... ah sudahlah...


Dan di suhu hampir 0 derajat ini, sekelompok orang2 tua masih ber..entahlah line dance apa SKJ gw juga kurang jelas. Dan gw masih ketemu satu dua orang yang jogging keliling2.


Ooh ngomong2 soal suhu. Sebetulnya asyik juga bo.

Kan setiap weekend gw selalu ritual makan es krim. Pas gw beli en taroh di kulkas hotel, yah jadi lembek. Ya secara mini fridge di kamar memang peruntukannya untuk minuman dan bukan freezer. Soo...jadilah gw bawa tuh es krim keluar jalan2. Sekeliling-dua keliling blok...jadi keras lagi! Keren banget!

Dan pernah gw beli air botol-an dari supermarket di seberang jalan. Cuma nyebrang jalan sedikit aja, sampe kamar...jadi air dingin. So nice! Kaga usah masukin kulkas segala.

Sungguh gw terpana.

Gw mesti mengakui, dari keteraturan, kerapihan, dan kebersihan, ini sudah ciri2 kota di negara maju. Belum lagi rencana MRT kelar di tahun 2013. Gw pun sempat berpikir actually it is a good place to live...hahahaha...setidaknya ga panas boo....

Tapi ga ada martabak, siomay, sate padang, nasi uduk, ketoprak, ..... aduh piye....Gw aja makan di situ bentrok melulu, mana gw say no to babi lagi.

Thursday, February 02, 2012

Tanyakan Kepada Agama

Alkisah terjadi sebuah peristiwa di negara antah berantah yang beragama. Ada seseorang yang mabuk, mengendarai kereta kuda yang melaju zig-zag kencang dan akhirnya naik ke trotoar.
Duar! 9 nyawa melayang.

Lalu masyarakat negeri itu dengan ramai2 mencaci maki si pengendara. Terlihat di media sosial orang2 berkata bahwa nyawa harus diganti nyawa, hukum mati saja dengan cara X, Y, Z, dll.
Pelaku dan keluarga sudah minta maaf hingga berlinang air mata? Lewat... masyarakat sudah terlanjur marah sehingga permohonan maaf pun dianggap palsu.

Sebagai seseorang yang mengenal Tuhan yang dipuja-puji dalam agama, ada sebuah pertanyaan yang muncul.

Jika kita percaya bahwa segala sesuatu dikolong langit ini terjadi dalam rencana dan kehendak Tuhan, bukankah Tuhan yang harus dicaci maki?

Bukankah Tuhan yang menciptakan materi yang memabukkan? Bukankah Tuhan yang menciptakan manusia dengan syaraf yang bisa mabuk? Bukankah Tuhan yang mengizinkan si pelaku mabuk? Bukankah Tuhan yang mengizinkan para korban tertabrak kereta? Bukankah Tuhan yang menciptakan manusia yang bisa meninggal ketika tertabrak kereta kuda?

Sungguh perbuatan Tuhan jauh lebih hina dari perbuatan si pelaku. Dengan segala kemahakuasaan dia mempermainkan manusia. Terlebih lagi dia membuat hukum yang mengharuskan si pelaku kehilangan nyawa. Sudah nyawa terhilang dari keluarga korban, sekarang dituntut sebuah nyawa terhilang dari keluarga pelaku.

Para penganut agama yang diberkati Tuhan karena tidak menjadi pelaku mendadak merasa paling benar. "Tidak, di keluarga saya tidak ada tuh pemabuk", begitu kata seorang.
"Pelaku harus dihukum mati supaya menjadi contoh", begitu kata seorang yang lain.
Nyawa yang dikatakan berharga mendadak menjadi mainan, sekedar contoh katanya. Yah karena memang nyawa orang lain, bukan nyawanya sendiri.

Lalu bagaimana menjawab ini?

Tiba2 teringat sebuah ucapan "Tuhan" dalam film "Evan Allmighty":


"Let me ask you something. If someone prays for patience, you think God gives them patience? Or does he give them the opportunity to be patient? If he prayed for courage, does God give him courage, or does he give him opportunities to be courageous? If someone prayed for the family to be closer, do you think God zaps them with warm fuzzy feelings, or does he give them opportunities to love each other?"
 
Disinilah letak kegagalan penduduk negeri antah berantah ini. Bahwa bukankah runtutan kejadian ini merupakan kesempatan dari Tuhan untuk menjadi orang yang lebih baik?

Bukankah kejadian ini mengajari bahwa mabuk itu berbahaya? Terlebih ketika mengendarai kereta.
Bukankah kejadian ini mengajari untuk mengikhlaskan dan menerima maaf?
Bukankah kejadian ini mengajarkan betapa sedihnya kehilangan nyawa seseorang yang disayangi. Apakah perlu hal ini terulang kepada pelaku dan keluarganya?


Bukankah kejadian ini seharusnya menyadarkan pelaku dan menjadikannya orang yang lebih baik di masa depan? Dengan inilah dia sebaik2-nya membayar hutang 9 nyawa. Bukan dengan kehilangan nyawa..bless...selesai.

"Mudah kamu berkata seperti itu! Coba kalau yang menjadi korban itu adalah keluargamu! Apakah kamu tidak marah Goblok!". Begitu kata penduduk negeri antah berantah..

Jelas saya sedih dan marah. Jelas saya menuntut nyawa pelaku sebagai gantinya walaupun saya tahu nyawa korban tidak akan kembali lagi sebanyak apapun saya menuntut.

Tapi ini bukanlah perilaku yang layak dari sahabat, teman maupun masyarakat yang saya harapkan.

Sebaik2-nya simpati, empati dan pati2 lainnya, tidaklah seharusnya itu larut dan memperburuk keadaan. Hal yang benar untuk dilakukan tetap harus dilakukan. Dan hal yang buruk seperti kemarahan dan caci maki harus ditinggalkan.
Inilah perilaku teman dan sahabat yang baik.

Orang yang meninggal sudah pergi dan tidak akan kembali lagi. Berapapun bayarannya.
Jika demikian bukankah tugas yang hidup adalah menjalani hidup dengan sebaik2-nya? Dengan belajar dari kematian dan hidup setiap hari dengan sebaik2-nya hingga hari kita mati dan bertemu dengan Tuhan?

Toh nanti kita akan bertemu dengan yang telah mendahului di hadapan Tuhan. Kesedihan tidak akan abadi, selama2-nya adalah sepanjang hidup kita yang sangat pendek ini.

Penduduk yang beragama percaya bahwa Tuhan adalah maha pemberi maaf. Ketika mereka meminta maaf, Tuhan dengan mudahnya memberikan maaf. Tapi ketika orang lain meminta maaf, mereka dengan pelitnya tidak memberikan maaf.
Perilaku macam apa ini?

Kenapa Tuhan memberikan maaf? Bukankah Tuhan ingin kita belajar dari kesalahan dan menjadi lebih baik.
Begitu demikian dengan kejadian ini yang meninggalkan tugas teramat besar, yaitu menjadikan pelaku manusia yang lebih baik.

Lho? Dia yang salah kenapa saya yang repot?

Memang harus begitu jika engkau benar2 mengerti karakter Tuhan. Dan ini adalah amalan terbesar. Bukankah demikian yang Tuhan selalu lakukan dengan hidupmu?

Tapi cerita tinggal cerita.

Kenapa masyarakat negeri antah berantah bertingkah laku seperti yang diceritakan di awal cerita? Penuh amarah dan caci maki?
Satu kata sebagai jawaban yang paling mungkin: "munafik"

Thursday, January 26, 2012

Indonesia dalam Kenangan Perangko

 Masih ingatkah di kala muda dulu, sebelum heboh Be-Ha Jup*, bahwa Indonesia pernah bikin pesawat?

Gw dulu beli kartu pos ini hanya sebagai iseng2 suvenir, eh ternyata.. sekarang hanya tinggal kenangan.


Dan ini gw pick up dari lelang perangko klub filateli kantor pos Tangerang. Awalnya karena mengira ini cukup keren, ada cap pos dari TimTim yang jauh di sana. Dan waktu itu belum ada gosip kalau TimTim bakal jadi negara sendiri.

Sekarang? Huee... sudah bikin perangko sendiri yak... tidak lagi di bawah Pos Indonesia.


Friday, January 06, 2012

Amit2

Pas beberes koleksi perangko, ternyata menemukan beberapa hmm... kenangan yang mustahil masuk FB (bisa malu tujuh belas turunan). Ini sudah tingkatan amit2 jabang kakek nenek... bayi mah sudah lewat.

Ketemu sepucuk surat yang masih tersegel rapi. Belum sempat dipos-kan, dan amplopnya pun aduh kiyutnya. Ini jelas tulisan tangan gw, dan dulu kalo gw menulis tangan harus pakai merek Kiky.. fanatiknya.


Dan yang lebih menajiskan lagi... adalah from-nya. Hahahahah... ternyata gw dulu kiyut2 amit2. Untungnya belum sempat di-poskan. Sampai sekarang gw belum berani membuka ini amplop.


Dan ini lagi.. haduh ketemu foto dari drama natal gabungan se-BPK Penabur yang entah jaman kapan. Ceritanya jadi three wise men.


OMG dulu ternyata segitu amit2-nya.

Thursday, January 05, 2012

Di Negara Tetangga Bahasa Inggris itu Lumrah...

Ketika ke Penang kemarin diprotes. Kenapa gw selalu pakai bahasa Inggris instead of bahasa Indonesia yang mana serumpun dengan bahasa Melayu.

Entahlah, tapi yang jelas lingkungannya membuat gw berbahasa Inggris. Dan kelihatannya orang2-nya lebih mengerti. Ketimbang memakai bahasa lalu orangnya bilang "Heh?!?", terus harus ngulang lagi.. cape.
Yah walaupun my England is not good, but bit-bit I still can.

Yang mengherankan lagi di mall-nya cerita anak2 pakai bahasa Inggris juga! Wow yang ini berbeda dengan di Jakarta. Walaupun sebagian anak2 bisa berbahasa Inggris dari kecil (dari kalangan borjuis), tapi mayoritas anak2 masih "sulit" untuk berbahasa Inggris (yang ini dari kalangan rakyat jelata yang kampungan).



Alkisah ceritanya waktu itu tentang si tukang sepatu dan para kurcaci. Narator-nya native speaker bo! Keren dah bule bisa ber-ekspresi juga... kalau di negara sendiri malah di-bom.

Tentu saja gw tidak mau kalah dan ikut menyanyi dan menari (bohong dot com)...

Wednesday, January 04, 2012

On God...On Religion...On Stupidity(?)

Video ini sempat populer di kalangan... entahlah... sebut saja kalangan religius:


Ceritanya adalah bagaimana Einstein menjelaskan bahwa sebagaimana dalam fisika bahwa "dingin" terjadi ketika "panas" absen, "gelap" terjadi ketika "cahaya" absen, begitu juga dengan "kejahatan" yang muncul karena "tuhan" absen. Kalau ngga ngerti lebih baik nonton sendiri saja, nerjemahin bahasa Inggris ke Indonesia memang agak susah.

Kalimat Einstein yang paling sering dikutip oleh teman2 religius adalah: Science without religion is lame, religion without science is blind.

Ketika pertama kali melihat klip di atas, sebagai orang yang mengerti nilai2 religi, gw langsung berpikir dalam hati: "Excuse me?!?!" Kalau gw orang religius, gw langsung berkata bahwa klip tersebut adalah sesat. Mungkin yang membuatnya harus dirajam atau dieksekusi mati (tentu ini berlebihan, namun yah orang2 religius umumnya norak).

Mengapa? Satu poin yang paling penting: karena ide dalam video tersebut menihilkan personifikasi Tuhan.

Hilang ide bahwa Tuhan memiliki kehendak, peduli terhadap dosa manusia, peduli terhadap baju yang dipakai ketika arisan, peduli terhadap kehendak maksiat, peduli terhadap pasangan hidup, peduli terhadap apakah mau pindah agama atau tidak, peduli untuk melaknat tetangga sebelah yang beragama lain, dll.

Dan umumnya penganut agama2 yang bikin rusuh menganut paham personifikasi Tuhan, karena itu rusuh melulu.

Einstein adalah orang yang religius (ah masa??), namun religiusitasnya berbeda dengan persepsi orang kebanyakan. Karena lagi di Youtube, mari simak video berikut:


**tertawa cekikikan karena tebakan pertama gw benar.

Ernst Hemingway pernah berkata: "All thinking men are atheists."

Gandhi pernah berkata: "I am a Muslim, I am a Hindhu, I am a Christian, I am a Jew - and so are all of you."Kenapa dia berkata seperti itu?

Bunda Teresa pernah menulis: "Seeking the face of God in everything, everyone, all the time, and his hand in every happening; This is what it means to be contemplative in the heart of the world. Seeing and adoring the presence of Jesus, especially in the lowly appearance of bread, and in the distressing disguise of the poor."

Tidak semua orang religius adalah bodoh. Ada beberapa yang memang pintar dan pemahaman mereka akan Tuhan mengubah dunia.
Tapi kebanyakan adalah bodoh, karena itu rusuh.

Monday, December 12, 2011

Binatang punya cerita...

Hari ini gw ke Ubin (lagi), dan bertemu lumayan banyak binatang, walaupun binatangnya biasa2 saja.

Mereka memang tidak bisa ngomong, tetapi gw sering berpikir...apa yang mereka pikirkan? Ya yang jelas tidak sama dengan manusia maupun tidak mungkin disamakan, tapi penasaran juga.

Ada monyet nakal yang suka mencuri. Gw kaget karena baru menyadari, ternyata monyet mirip sekali dengan manusia. Mereka mengandalkan penglihatan daripada penciuman. Si teman yang satu ini pun tertarik datang karena melihat barang yang tertinggal, walaupun barangnya tidak dapat dimakan.

Eh ga ada orangnya nih...
Ada yang menarik ga nih?? (tapi lupa jas ujan kuning udah mulai melorot)
Eeh ada yang jatoh!

Bertemu dengan Pak Anjing di dermaga. Terkadang kalau melihat binatang yang berumur... ada karisma tersendiri, maupun tersirat kerutan "kebijaksanaan". Demikian yang gw lihat dari Pak Anjing ini.
Gw dulu melihara hamster saja sampai terkaget2. Hamster tua gw mendadak tampangnya tidak "cute" lagi, dan sepertinya perjalanan hidupnya sudah lebih jauh dari gw. Tapi pada waktu itu dia sudah punya anak, dan sudah besar2 lagi. Suatu hal yang belum pernah gw alami dalam hidup.


Dan bertemu dengan Bu Kucing di dermaga Changi. Bagi kita paling perjalanan cuma naek perahu 15 menit. Tapi bagi mereka mungkin tidak pernah bertemu seumur hidupnya.


Sebenarnya tidak terbayang hidup tanpa binatang. Karena bagi gw mereka adalah refleksi diri kita yang paling jujur. Manusia biasanya berbohong dengan make-up dan berbagai tindakan manipulatif lainnya. Tapi seiring perjalanan waktu, kita tumbuh menjadi tua, kerutan muncul dan bekas luka semakin banyak. Dan kita menganggap generasi yang lebih muda terlalu bersemangat, berlebihan, kekanak2-an, dll.

Hahaha.. nobody can stay young forever....

Thursday, December 08, 2011

Reuni

Kemarin sengaja pulang untuk menghadiri reuni SMU setelah 10 tahun kita2 lulus dari sana. Tidak terasa 10 tahun berlalu seperti lokomotif, tidak terasa eeh... ternyata sudah beranjak dewasa, dan harus mengingat kembali masa2 muda yang berjaya dulu.

Sebenarnya sih bukan tanpa pengorbanan secara datang reuni berarti gw skip StanChart Marathon yang notabene udah daftar. Jadi berarti sudah habislah semua event olahraga di tahun ini.


Awalnya sih gw pake ragu untuk memutuskan datang reuni, tapi ada teman kantor yang berkata kalau StanChart itu tiap tahun, sementara reuni itu 10 tahun baru sekali ini, itupun kalau lain kali masih diberi umur panjang. Jadi ya sudahlah, jelas yang mana yang dikorbankan. Mana lagi gw selalu bercita2 untuk mati muda.

Jadi pulanglah ke Jakarta dengan terburu2.

Begitu datang ke reuni sehabis menembus kemacetan Jakarta yang rasanya bertambah dahsyat saja, whew.. rasanya bersyukur sekali memilih opsi yang ini.

Banyak yang berkata kalau gw "hilang dari pergaulan". Padahal ya bo...masih eksis banget gitu loh, cuman memang jaman sekarang makin males menjangkau ke Jakarta secara lagi2 masalah lalu lintasnya.

Ada yang bilang tampang masih sama, ada yang bilang tampang beda, tapi banyak yang bilang kurusan banget dibanding dulu (ya iye lah... mau dikemanakan semua usaha diet ini, kalau dibilang tambah gendud.. dari yang dulu...waduh langsung gw nabung liposuction deh).

Dan tidak disangka dinyana ternyata gw cukup populer juga yah (yuhuu....) dengan banyaknya orang2 yang langsung bisa menyebut: "Kardy....", padahal gw saja lupa kiri kanan.
Ada yang sudah punya istri, ada yang sudah punya anak...

Dari guru2, hmm... ada kesan mereka curious dengan bagaimana kita2 sekarang. Ada yang memang sudah lupa2 inget dengan gw, tapi ada juga yang inget kalau gw mantan ketua kelas! Mak jang..gw aja udah lupa.

Foto2 reuni tentu saja masuk facebook dong...biar gaul gitu loh.

Pulang reuni kita main2 ke kelas, ya secara sembari turun lewat tangga gitu loh (btw reuninya di aula SMUK1, jadi di lt. 8).

Menemukan bahwa ada peningkatan di sekolah, sekarang sudah pakai loker di sepanjang lorong sekolah. Jadi mudah2-an tidak seperti pengungsi lagi setiap kali mau ujian, karena mesti mengosongkan laci meja. Katanya juga bo.. sekarang ngajarnya udah pake proyektor, jaman milenium gitu (psst: uang sekolahnya juga sekarang sudah milenium dong....).

Kelas terakhir gw (3 IPA 3) sekarang jadi di depan tangga, yang dulunya di pojokan banget. Wonder why....

Daaaaan... masalah seragam, ternyata makin ancur a.k.a culun. Apa2-an ini? Hahahahahaha......
Pakai dasi merah2 ala eSDe, rambut ga boleh pake gel. Aduh2 gimana mau gaul. Plus sepatu hitem lagi yang mirip sekolah2 di pelosok mana gitu.
Aduh mau ngomong apa lagi yah.. rasa2-nya seragam jaman dulu yang putih abu2 dengan sepatu putih jauh lebih keren dan gaul ketimbang yang gini-an (rompi, dasi eSDe, dan batik).
Btw kita angkatan terakhir dong yang pake sepatu putih, selepas itu udah sepatu hitam yang jelek dan nan tidak gaul itu.


Dan ada lagi pajangan beginian yang bikin ngakak:


Hyahahahahaha......

Sampai umur segini gw bisa mengatakan kalau masa2 di SMUK1 adalah masa2 paling menantang dalam hidup. Dimana gw perlu betul2 serius belajar.
Tapi pada akhirnya not bad... dari nilai Matematika-Fisika kebakaran semua di tahun pertama - menyentuh ranking 10 besar sekali dua kali - nilai penjurusan IPA/IPS sama kuat pas naik kelas 2 - hingga bisa lulus dari IPA di kelas 3.
Dan tentunya bukan karena diri sendiri, tapi karena teman2 yang memang benar2 tahu bagaimana study hard and play hard.

Wednesday, December 07, 2011

Ketika Naik Pesawat Rasa Bus...

Ya apa boleh buat namanya juga naik pesawat cap singa terbang, ekonomi gitu loh. Jadi yang namanya delay, ya pasrah sajalah.

Untungnya bawa kamera *uhuk2* baru....jadinya bisa foto2 berlagak turis
Bermula dari pengumuman delay 1 jam, yang disambut dengan tatapan tidak percaya para penumpang.

"Apa...Delay?!?!?"
Jadi berjalan2 lah kita di Changi Airport, bandara internasional yang benar2 rasa internasional. Layar petunjuk ada di mana2. Jauhlah jika dibandingkan dengan bandara di rumah sendiri (tapi internasional juga). Dan travelator-nya benar2 jalan, tidak kadang nyala dan kadang mati, itupun kalau nyala pakai bunyi "nguuunngg" yang lumayan nyaring.
Ah sudahlah jangan dibanding2-kan terus, jadi malu....


Ada juga Post on Wheels, tempat beli suvenir benda2 pos dan voucher isi ulang. Secara pribadi sih gw cuma memanfaatin ini buat beli voucher isi ulang, secara benda2 pos lebih cenderung beli di Kantor Pos di Terminal 2 di luar.
Dan sekedar catatan, kantor pos Changi Airport tidak punya cap pos hari pertama =(.


Changi pun sudah mempercantik diri dengan ornamen2 Natal. Memang dasar Singapur gila turis, begitu Deepavali selesai langsung ganti ornamen ke Natal.


Berkebalikan dengan kondisi di rumah. Belanja di airport orang lebih murah ketimbang belanja di luar airport. Secara dapat potongan pajak. Gw pun sempat menyambar 1 potong baju yang langsung dipakai besok2-nya buat foto masuk facebook dong ah! Dan tentu tempat yang selalu ramai adalah toko minuman haram.

Kalau di rumah sendiri, belanja di airport, aduh kena getok: "TOK!". Kepala pusing, dompet loncat. Satu botol Pocari Sweat saja dihargai Rp 20.000. Ck..ck..ck...

Jualan Minuman Haram



 
Dan ada pianis! Mengingatkan seperti di RS. Siloam Gleneagles. Walaupun nda ngerti apa yang dimainkan, tapi setidaknya memberi kesan berkelas gitu loh.


Dan akhirnya kembali ke ruang tunggu, boarding, dan kemudian terbang! Akhirnya kembali ke rumah! Hore!

Sesampainya di tanah air, tentu disambut dengan pelayanan yang mencerminkan pribadi bangsa: penuh kebersahajaan. Ya kalau di negara orang pakai belalai untuk keluar masuk pesawat, yang ini cukuplah pakai "tangga berjalan karena didorong" sahaja.


Plus dijemput pakai bus, gratis Mak! Nyaris di-shoo2 masuk bus karena masih poto2 di luar.


Jadi intinya apa? Ada duit ada barang? Hmm nda tau deh, karena hanya sekedar tes2 kamera saja. Semuanya point and shoot, automatic mode, tanpa pusing setel sana sini.
Bagi gw hasilnya lebih bright dari IXUS gw yang dulu, dan bahkan untuk beberapa foto menjadi terlalu terang, tapi gw suka hasil warnanya. White balance juga gw masih pusing.

Herrrr...beli barang baru harus belajar lagi....

Wednesday, November 23, 2011

The sexiest job...

Is.... archeologist.

Wow! Serius?! Well tidak seperti di dunia nyata, tapi di dunia hmm semi nyata, arkeolog adalah pekerjaan yang menuntut tampang dan bodi yang rupawan belum lagi skill set yang akrobatik.

Sebut saja Mr(Dr). Indiana Jones, Mrs. Lara Croft


dan Mr. Nathan Drake <-- walaupun yang ini lebih mirip ke treasure hunter.


Tapiiiii........

Ada lagi yang tidak kalah beken.

Meet Mr(Dr). Tommy Oliver dari MMPR Dino Thunder. Alkisah setelah lulus dari Angel Grove High School, dia terus bersekolah, sambil nyambi jadi Power Ranger melawan monster2, masuk MIT dan mengambil PHD di palaentologi. Dan akhirnya menemukan artifak yang dipakai sebagai basis Power Rangers Dino Thunder. Cool huh?!

Tentu saja, apalagi dibandingkan dengan saya yang umur sudah segini tapi masih saja nongkrongin Power Rangers (tapi apa boleh kata seneng booo). Belum lagi otak full power saja tidak mampu masuk MIT, apalagi disambi melawan monster :(.


Wait.. apakah ini Tommy yang sama seperti Green Power Ranger dulu di jaman cinta monyet dengan Kimberly a.k.a Pink Ranger? Yup2, seperti tulisan di atas, si Tommy sudah ada sejak jaman Angel Grove, jadi jaman MMPR original. Jadi selama ini dia sudah maen sebagai Power Ranger Hijau, Putih, Merah, Merah, dan terakhir ini Hitam.

And as usual black is the coolest color (mengingatkan pada warna hitam pada JetMan)! Entah kenapa di Dino Thunder, dengan potongan rambut pendek, dan berpakaian serba hitam (+lengan panjang untuk menutupi tato), Jason D Frank terlihat lebih dewasa, serius, dan keren dibandingkan peran2 sebelumnya.

Dan tentu kembali ke topik semula, this doctor can really kick (monster's) ass!


"Aren't you little old for this Tommy?"
"I may be old, but i can still pull it off."

Cool!

Sunday, November 20, 2011

Minum (Kopi dan Teh)...

Yup ini bukan soal minum minuman bergelimang dosa, tapi minuman baik2. Memang perlu diakui selera terkadang berubah2. Kadang gw suka minum teh, kemudian ganti ke kopi, kemudian ke Mil*, kemudian balik lagi ke teh, dst.

Entah sudah semakin berumur, but i like my kopi to be thick! Karena ini Starb*cks lewat. Gw lebih suka *ld Town Coffee karena ada versi 'gao'(thick)-nya, tapi sayang disayang tidak datang dalam versi blended ala frapuccino.
Padahal dulu pas muda bela2-in ke Starb*cks, biar gengsi gitu.. Tapi ya namanya selera masih selera pembantu dan supir truk, jadinya kurang cocok sama yang terlalu elite2 gitu.

Kemarin ketika ke Penang, sempat mencoba Cameronian Tea (ya namanya di menu gitu) di Penang Hill. Awalnya gw pikir dari Cameroon.. so pingin nyoba, mana tau belakangan diberi tahu teman kalau ini kemungkinan besar dari Cameron Highlands a.k.a dari Malaysia situ2 juga. Rasa sih... hmm ga beda sama SariWang*. Makanya gw agak2 aneh, ini spesial dari mana??

Memang yang menarik dari teh adalah banyak sekali ragamnya. Dan bagi gw personal yang buta rasa, perbedaan rasa teh lebih terasa daripada kopi. Belum lagi ditambah adanya teh pelangsing yang dijamin bikin diare... mantap (bisa menikmati mules2-nya)!

Tapi cerita teh dan kopi terbaik masih datang dari tanah air sendiri, dan tidak usah menghabiskan uang berdolar-dolar.

Ketika muda dulu singgah di pasar Pagar Alam, dan sang supir ingin ngopi. Ya akhirnya turunlah kita semua di warung kopi di pasar tradisional. Mereka semua mesan kopi, dan gw masih ragu... ya maklumlah warung serba reyot, gelas ga tau dicuci di mana, dst dst. Walaupun akhirnya gw mesen segelas juga. Datang dalam gelas kecil dengan tatakan aluminium (yang biasa orang tuang ke situ terus sruput2).
Dan ketika gw minum... olalala...enaknyoo. Wangi benar2 asli kopi tanpa tetek bengek susu kental manis, krimer, dll. Benar2 aroma kopi kiloan di pasar2.
Entah karena biji kopi yang berbeda, atau karena suasana Pagar Alam yang begitu mempesona, tapi gw benar2 menikmati saat2 itu. Sore hari, orang2 udah bersiap2 pulang, dan sinar matahari sudah berubah menjadi oranye, benar2 magical.
Harga? Cuma 1000 perak per gelas.

Dan ketika kita pulang, kita mampir di perkebunan teh PTPN entah nomor berapa. Ada koperasinya di situ sekaligus numpang toilet. Rekan2 seperjalanan menganjurkan untuk membeli teh di situ, teh Gunung Dempo katanya, ya itung2 nyobain. Bungkus sederhana, cuman ada label PTPN, harga pun murah2 meriah. So gw pikir apa salahnya nyoba2. Bawa pulang 2 bungkus.
Gw tanya ke orang2 koperasinya, kalau teh-nya enak kenapa ga masuk pasar Indonesia. Mereka jawab mayoritas teh dari perkebunan ini di-ekspor (gw ga percaya <-- skeptis). 
Dan tuh bungkusan gw bawa pulang sampe Tangerang karena teh-nya bukan teh celup, ribet bikinnya, belum lagi gw skeptis dengan merk 'PTPN'.. pemerintah getu looh.

Tapiiii.... ketika gw nyeduh bareng nyokap. Lagi2 OMG enaknyooo....Semua merk2 pasar model Sariwang*, L*pton lewat ke laut! It's good! Warna tehnya merah kuat, rasa berani dan masih terasa rasa2 daon-nya. Teh Sumatera memang beda (teh2 komersil umumnya dari perkebunan di Jawa)! Dan dalam sekejap dua bungkus teh itu ludes >.<.

Indonesia daerah terpencil...barang2-nya tidak serumit yang dijual orang2 di kota2 besar dan mal2 (mau itu kopi Jamaica, teh Maroko, Srilanka, pakai susu, krimer, melati, dll), tapi ada cita rasa sederhana yang kuat.

Dan mungkin karena gw semakin berumur, tapi makin hari gw makin menghargai hal2 seperti ini. Tidak peduli gengsi, tempat dan martabat, sesuatu yang bagus akan selalu bagus. Dan setiap kesempatan untuk menikmati sesuatu hanya berlangsung sekejap dan tidak mungkin terulang lagi. Karena itu kalau sekarang gw sruput2... terutama di tempat asing, gw berusaha untuk sruput2 dengan serius.

Memang tidak di semua tempat, tapi ada tempat di Indonesia dimana tongkat kayu dan batu benar2 jadi tanaman. Kadang sampai bergidik... koq bisa ada tanah sekaya ini.

Wednesday, October 26, 2011

Punya Anak (lagi)...

Selalu tidak habis pikir kenapa orang miskin selalu punya anak banyak? Bukan menghina, tapi selalu terkagum2 dengan tayangan dokumentasi ketika orang tuanya tinggal di gubuk dan anaknya sampai 7-8 orang?

Bagaimana mungkin ketika ruang hidup semakin mahal? Silahkan tanya harga rumah 3-4 kamar di Jakarta, rasa2-nya sudah tembus 1M. Lha ini sampai 7 orang?

Bagaimana pendidikan, bagaimana kesehatan, bagaimana yang lain2?

Dulu pas masuk gw mau masuk kedokteran rasa2-nya bayar sekitar 30 juta-an. Terus dengar2 sekarang ada yang masuk kedokteran bayar hingga 300 juta (uni yang sama)? Iiih amit2 tak sudi kalau gw di-gituin.

"Ah nanti sekolahnya di negeri aja Dy...", ada yang pernah berkata begitu, ketika gw tanya bagaimana dia ngurusin sekolah anaknya.

Suatu eksklusifitas yang gw tidak bakal punya. Bukan bermaksud menjelek2-an sekolah negeri (walaupun maaf to say... memang jelek), tapi rasa2-nya kalau target adalah sesuatu yang sudah di-subsidi, seperti sudah mengambil hak orang lain.

Suatu kebijakan yang gw tidak terlalu suka dari pemerintah Indonesia.

Pendidikan murah, biaya kesehatan murah memang penting. Tapi lebih penting lagi adalah kesadaran bahwa segala yang disediakan itu harus diusahakan dan tidak jatuh dari langit.
Gw lebih setuju kalau subsidi hanya disediakan hingga batas anak kedua. Anak ketiga dan seterusnya seharusnya tidak menjadi tanggung jawab negara.
Fokus ke dua anak per penduduk dan bagaimana membangun sumber daya ini dengan benar dan sungguh2.

Pernah baca di satu media kalau KB itu adalah skenario zionis untuk membatasi populasi ... Ah sudahlah cape membacanya.

Kebijakan demografis bukanlah kebijakan instan, bikin kebijakan sekarang, dan langsung bisa melihat perubahan. No no.. lebih ke bikin kebijakan sekarang, 20-30 tahun baru bisa melihat perubahan.

Dan rasa2-nya 20-30 tahun lagi kita bisa melihat ecological disaster di mana2. Cool huh? Dan yang miskin yang terkena dampak paling besar. Tapi tenang, toh kita2 bakal sudah tua, obesitas, dan tinggal menunggu waktu saja. Tapi kalau punya anak yang pintar, waras, dan kritis mereka akan bertanya kenapa mewarisi dunia yang seperti ini?

Orang tua kita berkata bahwa mereka tidak tahu bahwa kita akan mewarisi dunia seperti ini. Dan rasa2-nya kita pun akan sama tolol-nya.
Kita akan berkata bahwa kita tidak bisa berbuat apapun. Hanya bisa bertahan hidup, mengikuti apa yang masyarakat mau.

Dulu ketika masih kecil, naik feri Lampung-Jakarta, bisa melihat lumba2 berenang di samping kapal. Ketika sudah besar, dan gw naik feri kembali dengan rute yang sama, gw hanya bisa melihat ubur2. Pertanda sudah ada sesuatu yang salah dengan laut.
Ada yang berkata bahwa sekarang sudah terlambat untuk berharap hidup harmonis dengan alam.

I am angry. Dan gw bingung dengan orang2 yang punya anak. What do you want for your kids to see in the future? This world? Or you always think there will be a better tomorrow?
Tomorrow will always be there, but it has to be built, and are we building it the correct way?

Kita perlu masa depan dimana orang2 bisa hidup bermartabat, dan yang jelas tidak miskin. Apakah sumber daya alam cukup untuk men-support kebutuhan ini? Dan kita juga berbagi dengan jutaan mahluk hidup lain yang juga perlu hidup bermartabat.

Skeptis dan bitter, gw selalu berpendapat.. punya anak karena pernikahan ga bakal survive without anak. Parents perlu sesuatu untuk dijadikan common goal... so both of the parents can struggle together. Kalo ga gitu ya bosen lah.. terus selingkuh deh.
Is it?? Yang gw lihat sih begitu, dan akhirnya si anak-lah yang menjadi korban.
Egois.

Sunday, October 23, 2011

Kado...

Semakin bertambah umur entah kenapa semakin sulit menghadiahi orang sesuatu.

Dulu rasanya ketika muda kita menerima banyak kado ketika ultah. Entah kenapa setelah dewasa paling2 hanya mentraktir, ucapan selamat, dan kalau ada kado itupun berupa makanan.

Ketika menikah pun sudah lazim hanya memberikan 'mentah'nya saja berupa amplop sogokan aparat keamanan.

Padahal sejujurnya gw masih mem-favorit-kan kado barang. Walaupun gw tahu hal ini merepotkan sekali. You just don't want to risk giving out trash to other people.
Walaupun untuk your enemy you definetly want to give trash.

Harus riset, orang yang akan diberi minat dan interest-nya di mana. Dan terkadang gw tidak bisa menemukan kado at all.

Ketika sepupu ultah minggu2 kemarin, dan pada akhirnya gw memutuskan akan mencari kado. Harus muter dulu satu dept. store, dan pada akhirnya gw memutuskan untuk melihat opsi jam tangan.

Secara yang mau dikasih anak cewe remaja, so gw skip merk2 terlalu dewasa seperti CK, Guess, Bur-ket, dll..
Ketika sales girl-nya bertanya mau ngasih siapa, gw menjawab anak cewe 15-16 tahun (umur aja gw lupa). Dan dia kemudian menunjukkan opsi2 pilihan yang mana menurut gw terlalu terlihat kekanak2-an.

Akhirnya mata gw terus tertuju ke satu jam tangan. Strap-nya sporty, tapi jam-nya analog. Kombinasi aktif dan sophisticated, which I like. Bukan jam tangan sport, lebih ke arah gaya, tapi masih mencerminkan gaya yang sporty ketimbang profesional.
Dan sayangnya kutukan mata gw adalah seperti yang dikatakan nyokap: "Mata lu pinter ngeliat barang bagus tapi ga pernah murah."
Gw merasa ragu sesaat. Kalau sweet 17 boleh lah ngasih begini, tapi kalau cuma ultah reguler 15 / 16 taon?

Tapi ya akhirnya what the hell... angkut juga itu jam tangan. Secara kalau gw cewe, gw angkut juga itu jam.

Daaaaan..... ketika akhirnya gw ngasih. Gw salah itung!!! It was sweet 17! OMG! What a nice co-incidence.
Kadang2 lu terheran2 dengan 'kebetulan2' aneh yang terjadi.

Monday, October 17, 2011

Back Then When The Life Was (not so) Simple...

What is, in your opinion, the most beautiful waltz?

Ketika menonton 'Enchanted', dan ketika Amy Adams dan Patrick Dempsey melakukan 'Kings and Queens waltz', temen2 cewe pada wuih wuih...klepek2..

Buat gw...  John McLaughlin memang luar biasa dengan 'So Close'-nya. Tapi.....

Entah kenapa scene itu mengingatkan gw pada...ok-lah gw memang sudah tua.

Remember 'Waterloo Bridge'? Film jadul entah kapan, but in my opinion this movie has the most beautiful waltz.. with the legendary song 'Auld Lang Syne'.


Gw pertama kali nonton.. hmm SMP kali yah, ketika masih belajar bahasa Inggris. Dan sebenarnya Roy merupakan karakter idola gw.. hemm.. entah berapa ribu kali gw kepingin jadi seperti dia.
Dan berkali2 juga gw juga membayangkan betapa indahnya kalau hidup ini di-shoot hitam dan putih.

.. sometimes gw hopelessly romantic. Gw nonton film ini dan nangis (tentunya diam2 di kamar). Dan gw tidak pernah lagi memandang rendah prostitute.

Entah kapan yah bisa dance waltz...tapi ketika hari sudah malam semua orang berhak untuk bermimpi.

Sunday, October 16, 2011

Pendidikan Jaman Sekarang

"Banyak pelanggannya? Hari ini berapa pelanggan?"
"Emm hari ini mas yang kedua, tadi pagi ada satu" begitu jawabnya.

Percakapan ini terjadi di tempat pijat "tidak benar", plus plus istilah gaulnya.
Dan langsung otak matematika gw berjalan. Kalau satu pelanggan = 500 rb, dua pelanggan berarti 1 jt. Ok-lah hitung kalau dia bawa pulang cuma 60%-nya = 600 rb. 3-5 pelanggan per bulan saja sudah lebih besar dari gaji fresh graduate S1 di Indo. Kalau dia konsisten 2 pelanggan/hari selama 30 hari, sudah gaji manager itu.

Dan memang begitu ditanya: "Kenapa ga kuliah?"
Jawabannya memang ke arah situ. Buat apa saya kuliah kalau gaji sarjana kecil? Keluar uang lagi.

Jujur gw speechless.

Ada teman gw lulusan Binus yang gajinya sekarang (yup sekarang): 1.5 juta per bulan.
Ada teman sarjana komputer membuka toko bangunan. Sarjana mesin berjualan baju. Dan pernah satu ketika gw memilih untuk berjualan saja ketimbang harus kembali bekerja profesional di Jakarta.

The money sucks..BIG time!

Kembali ke masalah pijat memijat "tidak benar".

Teringat dulu ketika berjalan-jalan di beberapa mal di Jakarta yang memang terkenal sebagai tempat mangkal gigolo. Well dengan beberapa teman kita mencoba untuk menebak2 dan ber-hiiii ria bersama. Memang ada yang betul2 jelas terlihat.. cowonya ganteng, tantenya kisut dan keriput.
Mereka hiiiii.... gw iri.

I want that life. Dan gw memandang dengan tatapan sangat iri. Hidup gw adalah tong gendut berjalan yang setiap hari harus menghapal rumus2 ga jelas yang kemudian hari ga bakal dipakai sama sekali.
But my life wasn't my choice back then. Menurut orang tua nilai fisika, matematika, dll lebih utama. Which is until today i find it not true.

Pendidikan...apakah itu mengajarkan jalan hidup? Ataukah hanya sebagai pabrik robot yang nantinya dipakai sebagai tenaga kerja murah?

Kenapa kita tidak boleh menjadi alternatif? Unik di tengah masyarakat yang serba robot?

Ada cerita lain. Seorang teman punya teman (yang mana memang gw pernah ketemu). Well dia memang ganteng (walaupun ga ganteng2 amat juga). Dan ceritanya adalah dia di-'piara' oleh salah satu pengusaha fashion ternama di Jakarta (which is .. yes cowo juga). Dia juga menjadi model poster2 yang ditempel oleh si pengusaha fashion ini di outlet2-nya.

Cool huh...

Mungkin hidup 'normal' seperti saat ini hanya untuk losers saja. Buat orang2 yang tidak keren yang harus duduk di cubicle Senin-Jumat. Dan kita berbangga karena kita 'normal'. Tapi sayang sekali tetap tidak keren.

It is not that in your life you can dream anything and work your way towards it.

Banyak orang yang bertanya2 kenapa gw selalu bermimpi untuk jadi yang aneh2

The answer is I feel bored. My parents and society answer for everything is to live normally and happily. Tapi gw tidak mau menjadi normal ketika semua orang normal! It's just plainly pathetic.
Dan mungkin tidak cuma gw yang merasa seperti ini. Buktinya film super hero selalu laris manis. Dari situ saja kita bisa melihat bahwa orang-orang normal hanya menjadi korban, menjerit-jerit ketika monster menyerang, dan akhirnya mati menggenaskan.
Can we dream to be a super hero? Or the bad guy? At least the bad guy died for something.

Dan gw menjadi orang yang bitter. Ketika sepupu gw nanya PR matematik-nya, gw memang masih bisa, dan gw ngajarin.. tapi gw bilang: "ngga ada gunanya...". I'm not a good influence for kids.

Ada teman yang bekerja jadi guru di dunia pendidikan. Dan seperti layaknya guru dia mengajarkan pada anak didiknya bahwa mencontek itu tidak baik dan tidak boleh.
Gw tertawa sedikit ketika berbicara dengan dia.. "tidak baik sih iya... tapi tidak boleh.. tunggu dulu. Tidak boleh kalau ketahuan..."
Ini bukan perkara moral, bukan perkara mencuri. Ini perkara jalan hidup.
Kalau jadi guru gw akan berkata: "Kalian boleh mencontek.. asal jangan ketahuan saya." Toh memang begitu orang hidup.
Mencontek.. mencuri... mengadaptasi. Asal tidak ketahuan, apa salahnya. Hanya orang bodoh yang mengais2 tanah untuk memulai dari 0.
Contoh? Rasanya banyak.. lihat saja Samsung dan Apple.



Di mata gw hanya tiga hal yang membuat dunia berputar: money, power, and sex. Bukan Tuhan, dan bukan moral.

Jujur tidak sampai hati gw, kalau sampai punya anak nanti, dan gw harus mengajarkan hal ini kepada dia. Dan mungkin lagi2 beginilah kesalahan orang tua. Kita ingin anak2 kita punya idealisme terhadap dunia, menjadi orang yang tidak sepahit orang tuanya yang banyak mengalami kekecewaan. Tapi begitu anak kita besar dan mengetahui bahwa kenyataan yang sesungguhnya tidaklah seindah mimpi.... lingkaran setan akan mulai berputar kembali.

Cina...

Menonton film '1911' kemarin, ada hal yang menarik. Terkisah ada perkataan bahwa orang Cina di perantauan selalu di-bully karena negara Cina lemah.
Terkisah pula ada teman dari Malaysia yang berkata: "You know what they said? You all can go back to China!"

Sekarang walaupun Cina sudah maju, namun apakah gw yang berwajah Cina bisa jalan dengan bangga? Rasanya tidak, karena gw masih orang Indonesia dan negara Indonesia masih seperti kentut.

Gw adalah generasi kedua di Indonesia, karena kakek dan nenek masih berasal dari Cina. Tapi apakah gw familiar dengan Cina? Sekali lagi kentut adalah jawabannya.
Rasanya untuk generasi gw, we call ourselves as Indonesian. Yang bisa bahasa Cina pun cuma secuil dua cuil orang. Gw tau kota, gunung, sungai, pantai di Indonesia, sedangkan yang di Cina sana.. boro2 tau.

Tapi gw harus bilang gw orang Cina, entah mau disebut etnis Tionghoa keq terserah. Sekarang gw setuju dengan bokap gw, harus seperti itu. It's an identity that can never ever be lost.
Dan Indonesia adalah tempat lahir, dan itupun adalah identitas yang tidak akan pernah hilang. Bagaimanapun sepanjang perjalanan hidup selalu ada serpihan kenangan yang tersebar di mana2.

Dulu gw sering menyesal menjadi orang Cina, bukan apa.. cuma sering digebukin dan di-"palak". Selalu protes ke ortu kenapa harus terlahir sebagai orang Cina. Egois memang, karena jika gw mengalami hal seperti itu, mereka juga tentu mengalami hal serupa.
Dan mereka selalu bilang "jika besar nanti, kamu akan tahu betapa beruntungnya jadi orang Cina."

Which is true. Orang yang gebukin dan malak gw, entah jadi apa mereka sekarang. Tapi yang jelas gw menjadi lebih kuat dari yang dulu. Dan gw menyadari betapa beruntungnya punya tampang Cina. Tampang tidak bisa diubah, tapi attitude selalu bisa.

Ketika kerusuhan London masuk berita, banyak rekan2 yang mengait2-kan dengan kerusuhan 1998. Dan ada satu opini yang ditulis oleh salah satu reporter kenamaan Indonesia yang menyamakan kerusuhan London dengan 1998. Masalah ekonomi katanya.

Tapi, buat kita2 sebagai saksi hidup peristiwa tersebut, ini adalah hal yang tidak sama. 1998 memang disebabkan oleh masalah ekonomi, politik, dll. Tapi ini adalah kerusuhan yang menargetkan etnis... huff...Cina. Gw bilang ke rekan2 gw: "We forgive, but we will not forget". Dan selama gw hidup, gw akan tetap menceritakan hal yang sama.

Di mana gw waktu itu? Berjalan kaki pulang Ebtanas dari sekolah ke rumah karena tidak ada satupun angkot yang beroperasi. Dan gw tidak akan pernah lupa bagaimana tatapan orang2 sepanjang jalan terhadap muka full Cina gw.
Ketika itu sudah 5 tahun gw tinggal di Tangerang, dan hanya di hari itu gw melihat wajah orang2 yang seperti melihat alien melintas. Ketika sampai di rumah, sudah ada hadiah batu di tempat tidur gw.

"Indonesia will not be able to survive the second one." Begitu yang gw katakan, ketika ada yang menanyakan apakah gw sekarang masih khawatir kejadian serupa. 1998 yang pertama masih menyisakan banyak hal sampai sekarang.

Banyak dari kita... sisa2 1998, no longer call Indonesia home. Dan beberapa dari mereka adalah orang2 yang gw tahu benar2 berkualitas. Dan banyak juga dari kita, sisa2 1998, yang selalu bersiap2 lari ke luar negeri. The trauma is still there, it will heal with time, but currently it is there.

Ketika kuliah, gw masuk universitas negeri. Itupun dengan berjaga2 karena pasti bisa masuk swasta. Ketika itu gw sudah berubah, gw sudah menjadi orang yang "What the heck...". Gw akan memberikan ini kesempatan, just to take a look.

Sejenak gw berusaha untuk beradaptasi dengan nilai2 "luhur". Hingga akhirnya ambruk juga. Gw adalah gw. Gw bangga dengan nilai2 yang gw punya. Mau itu kata individualistis, kapitalisme, kebarat2-an. Persetan. Mau mengharapkan gw kompromistis dengan nilai2 "luhur nan ketimur2-an"? Aduh sakit kepala, secara munafik banget gethu loooh.

Tentu hal ini mengakibatkan gw tidak bisa menjadi tokoh terkemuka di kampus. Tapi pada akhirnya gw merasa hidup gw menjadi lebih kaya karena gw menjadi mengerti sisi pandang yang berbeda. Dan.... gw juga bisa melihat ada teman2 yang mulai melihat dari sisi pandang gw.
Pertama kali gw masuk institusi negeri, entah kapan kedua kalinya.

Dan ketika mencari kerja, gw menjadi naif dan lugu. Bermimpi bahwa gw bisa masuk ke semua perusahaan. But apparently not. Ya contoh sajalah... boro2 gw jadi PNS.
Ada yang langsung memberikan tawaran, dan ada juga yang menolak. Yang langsung memberikan tawaran adalah... hemm.. Cina oriented. Kembali ke dunia nyata.

Mengingat masa dulu.
Ketika almarhum kakek disebut sebagai pahlawan di Jambi. Menurut cerita dia membantu pejuang dengan menyelundupkan logistik secara waktu itu dia memiliki armada kapal dagang. Keluarga mendapat tawaran untuk memindahkan kuburan ke TMP, yang mana keluarga menolak karena di TMP tidak bisa bakar2-an kertas atau sembahyang pakai hio.

Gw masih kecil ketika dia meninggal, jadi ga sempat tanya2. Apa yang dia lihat dari negara ini?

Generasi gw sudah semakin menua. Ini adalah generasi Cina yang menyebut Indonesia sebagai rumah, pintar bahasa Indonesia, dan tidak bisa berbahasa Cina.

Generasi yang lebih muda? Dan generasi ketiga yang mulai muncul? Sayang sekali mereka adalah generasi yang akan berorientasi ke Singapura, Malaysia, Korea, Hongkong, Shanghai, Beijing, dan Taiwan.
Tanyakan kepada generasi gw, apakah akan membiarkan anak2 kita tidak bisa bahasa Cina? Tentu saja tidak. Dari sekarang saja kita sudah bisa melihat bahwa penguasaan bahasa Far East adalah penting.
We are going to make sure they will know Chinese.

For Indonesia, again... they must know. You can't change the wind, but you can always adjust the sail. And you must never be late in adjusting the sail.
Sekarang adalah masa yang kritis. Integrasi atau hancur berantakan. Mau maju mengalahkan Singapura, Malaysia, India, dan bahkan Cina? Bagaimana mungkin jika cuma segelintir yang maju? Sementara negara lain semua komponen maju bersama?
Unfortunately there isn't much time for this. As the world is getting seamless, so is the people. Dan kita masih saja menghabiskan waktu dan energi untuk bertengkar satu dengan lainnya.

Adalah mimpi untuk bisa berkata "Saya orang Indonesia" tanpa disangka teroris, buruh ataupun pembantu.

Walaupun untuk hal ini gw punya kartu privilege karena dalam beberapa kesempatan selalu dikenalkan sebagai: "He is an Indonesian, but he is a Chinese." Gw tidak mengerti mengapa harus ada kata "but", tapi sepertinya itu membuat segala sesuatu berjalan lebih lancar. Oooo yeah...

Someday we will remove the "but" word, or I should change the nationality name.

Tuesday, October 04, 2011

Gaul Selera Jadul

Banyak yang bertanya2 kenapa selera gw tidak mencerminkan penampilan dan gaya (halah... padahal penampilan biasa2 saja).

Kenapa gw senang dengan kejadulan, entahlah.. mungkin pengaruh umur yang sudah semakin tua.

Ketika masih muda dan kuliah di Singapur dulu dan masih jaman bekerja malam2, ada teman yang menyetel lagu 'Nyanyian Rindu'-nya Ebiet, dan dia terkaget2 ketika gw bisa "ikut bernyanyi".
"Gila lu bisa hapal liriknya!"...ooh jelas...seluruh lagu pun hapal.

Lagunya ngga jadul2 amat, tapi mungkin label 'jadul' sudah menempel pada Ebiet. Padahal menurut gw dia salah satu musisi jenius Indonesia, dengan Iwan Fals. Dan gw mesti mengakui: I'm a fans!
 
Memang dulu pas masih muda... huuu apa2-an itu. Labelnya lebih parah: lagu pembantu! Rasanya ga jaman banget, apalagi dengan demam boysband + Bon Jovi. Cuma pembantu gw sering denger.
Tapi entah kapan koq rasanya bagus yak... gw bahkan mendengarkan kembali lagu Nike Ardilla.

Di lagu2 jadul ada kenangan, yang terkadang nyaman diingat kembali. Ketika bernyanyi dengan pembantu, liburan keluarga, menyusuri jalan2 Sumatera ketika bekerja dulu, bernyanyi bersama dengan teman2 ketika perpisahan dulu, sinetron favorit, etc.

Gw suka jadul karena ada cerita yang luar biasa dan benar2 terjadi dan jadul adalah saksi mata yang masih hidup.

Ketika menatap surat masuk Indonesia milik almarhum Kakek dan Nenek, ada cerita dibalik sejarah keluarga ini di Indonesia.
Akte anak luar nikah milik bonyok, ada cerita mengapa mereka disebut sebagai anak diluar nikah.

Gw masih ingat ketika gw dulu menemukan kardus penuh berisi Intisari koleksi bokap dari masa2 dia dulu. Setiap sore gw selalu duduk dan membaca satu persatu dengan penuh semangat.
Ada cerita mengenai letusan gunung Kelud, perang kimia entah di mana, cerita2 yang sebenarnya tidak pernah diceritakan kembali di masa gw.

It is not wise to live in the past, but sometimes you can relax a bit, take a rest from the present, stop worrying about the future and listen to the story from it.

Sunday, October 02, 2011

Flee or Flight

Ketubruk kartu pos ini. Spesial? Perangkonya sih tidak, gambarnya sih tidak. Tapi cap-nya iya. Sedikit norak memang, tapi ini benda pos pertama gw yang berasal dari Kitty Hawk North Carolina.

Loh Kitty Hawk bukannya nama carrier? Yee... carrier dinamakan berdasarkan nama kota. Terus kenapa dengan kota itu. Ya kalau belajar sejarah dunia dan bukan sejarah bulan tentu tahu kalau Kitty Hawk adalah kota dimana Wright bersaudara melakukan penerbangan pertamanya. It is the city of the first flight.


Wright bersaudara pertama kali terbang 17 December 1903. Dan hanya dalam 8 tahun penerbangan sudah menyebar luas ke seluruh dunia.

Hongkong pada 18 Maret 1911.


Singapur lebih awal 2 hari pada 16 Maret 1911.


Dan Inggris pada 9 September 1911 sudah meluncurkan pos udara.


Sepuluh tahun dari 1911 --> 1921, Amerika sudah melakukan penerbangan coast to coast untuk air mail servicenya.


Indonesia entah kemana, perlu riset lebih lanjut. Tapi perlu dicatat bahwa Singapur menyebut penerbangan komersial pertamanya pada 11 Februari 1930 tiba di Seletar Airport adalah dari Batavia.

It is just amazing, hanya dalam 8 tahun.. dari Amerika hingga tiba di Asia.